"Target literasi membaca disini 65,89 untuk 2026, padahal terungkap oleh Perpusnas pada 2024 itu sudah 72,44. Berarti kami salah mencantumkan target pada 2026, ini siapa yang kemudian harus memperbaiki? sementara kami sudah drop itu kemarin di rapat," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPS Amalia menyampaikan alasan penundaan data karena untuk memastikan akurasi dan kualitas data. Terlebih, baru-baru ini Bank Dunia (World Bank) juga mengubah garis kemiskinan. Sehingga, Amalia mengatakan BPS tengah melakukan finalisasi terhadap datanya dan memastikan akurasi dengan adanya rilis Bank Dunia.
"Ini yang sedang kami finalkan angkanya dan kami pastikan keakuratannya dengan adanya rilis Bank Dunia yang terakhir. Jadi kami harus pastikan double-check lagi, di-double-check lagi agar kualitas kami tetap meningkat," ujar Amalia.
Bank Dunia atau World Bank melaporkan tingkat kemiskinan di Indonesia mencapai 68,25% dari populasi pada 2024, berdasarkan laporan terbaru per Juni 2025. Angka ini setara 194,58 juta jiwa penduduk miskin dari total populasi 285,1 juta pada 2024.
Angka itu mengalami peningkatan dibanding tingkat kemiskinan 2024 yang tercantum berdasarkan laporan Macro Poverty Outlook April 2025, yakni hanya 60,3% atau 171,9 juta penduduk miskin.
Tingkat kemiskinan yang naik di Indonesia terjadi seiring langkah Bank Dunia untuk mengubah garis kemiskinan, sebagaimana termaktub dalam June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform.
Dalam hal ini, Bank Dunia resmi mengadopsi perhitungan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) 2021 untuk menghitung tingkat kemiskinan, yang diterbitkan oleh International Comparison Program pada Mei 2024. Perhitungan itu berubah dibandingkan dengan standar PPP 2017 yang digunakan Bank Dunia pada laporan April 2025.
PPP merupakan ukuran relatif mata uang yang membandingkan harga pembelian sejumlah barang dan jasa tetap di berbagai negara.
Penerapan PPP 2021 menyebabkan revisi terhadap garis kemiskinan global. Dalam hal ini, garis kemiskinan global telah direvisi dari US$2,15 menjadi US$3 per kapita per hari; Garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah bawah direvisi dari US$3,65 menjadi US$4,20 per kapita per hari; dan negara berpenghasilan atas direvisi dari US$6,85 menjadi US$8,3 per kapita per hari.
"Sesuai dengan metodologi yang ada, garis kemiskinan global didasarkan pada garis kemiskinan nasional negara-negara itu sendiri," demikian termaktub dalam laporan June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform, dikutip Selasa (10/6/2025).
Sementara itu, BPS melaporkan persentase penduduk miskin pada September 2024 sebesar 8,57%, menurun 0,46 persen poin terhadap Maret 2024 dan menurun 0,79 persen poin terhadap Maret 2023.
(dov/roy)































