Di sisi lain Rizal menilai jika komitmen pembelian produk AS yang sifatnya jangka menengah bisa menimbulkan tekanan pada sisi impor dan memperlebar defisit transaksi berjalan. Terlebih, bila struktur pembelian tidak diimbangi dengan peningkatan investasi produktif atau transfer teknologi yang signifikan.
Maka dalam kondisi ini, mesin pertumbuhan ekonomi domestik akan bertumpu pada konsumsi dan investasi dalam negeri, yang notabene masih bergantung pada daya beli yang belum pulih sepenuhnya paska pandemi dan ketidakpastian global yang mana investasi masih menghadapi banyak tantangan.
"Dengan pertimbangan di atas dan melihat tekanan dari sektor eksternal ditambah dengan rendahnya multiplier effect dari pembelian produk AS tersebut, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sulit menembus angka 5% pada 2025 dan 2026," ujarnya.
Menurutnya, proyeksi tersebut dapat menyentuh 5% jika ada dorongan signifikan dari stimulus fiskal, peningkatan belanja pemerintah, dan konsolidasi industri manufaktur padat karya.
Oleh karena itu, Rizal menilai diperlukan kebijakan inward looking berupa substitusi impor energi, akselerasi hilirisasi berbasis pasar non-tradisional, dan penguatan Usaha Miko Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis ekspor menjadi sangat krusial sebagai penyeimbang dalam dua tahun ke depan.
Di samping itu, pemerintah juga terus secara paralel merealisasikan diversifikasi pasar global ke pasar Eropa, Afrika, Australia, BRICS, dan ASEAN+3.
Presiden AS Donald Trump memastikan tarif impor untuk barang dari Indonesia sebesar 19%, alias lebih rendah dari pengumuman sebelumnya sebesar 32%.
Tidak terpisahkan dari komitmen tersebut, Trump juga menyebut Indonesia terikat perjanjian untuk membeli produk energi AS hingga US$15 miliar dan komoditas lainnya.
"Produk pertanian Amerika senilai US$4,5 miliar, dan 50 Jet Boeing, banyak di antaranya adalah Boeing 777," ujar Trump.
Melalui pengumuman tersebut, Trump menyatakan AS akan memiliki akses penuh terhadap pasar Indonesia tanpa tarif.
“Kami tidak akan membayar tarif. Jadi mereka memberi kami akses ke Indonesia, yang tidak pernah kami miliki. Itu mungkin bagian terbesar dari kesepakatan itu. Bagian lainnya adalah mereka akan membayar 19%, kami tidak akan membayar apa pun,” ujar Donald Trump.
(ell)
































