Sepertinya aroma ambil untung (profit taking) kuat tercium dari penurunan harga emas dunia. Maklum, harga memang sudah naik lumayan tinggi.
Sebelum koreksi kemarin, harga emas dunia menguat 3 hari berturut-turut. Selama 3 hari tersebut, harga bertambah 1,67% secara point-to-point.
Dalam seminggu terakhir, harga emas duna juga masih mencatat kenaikan 0,51%.
Oleh karena itu, tentu akan datang saatnya di mana investor tergoda untuk mencairkan cuan. Ketika itu terjadi, emas akan terserang tekanan jual sehingga harganya turun.
Selain itu, sepertinya pasar juga sudah tidak terlampau merespons perkembangan kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat (AS) secara berlebihan. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam bakal menerapkan tarif bea masuk 30% terhadap impor asal Uni Eropa dan Meksiko. Tarif tersebut rencananya berlaku mulai 1 Agustus.
Akan tetapi, investor rasanya sudah memahami bahwa ancaman tersebut lebih merupakan taktik negosiasi. Ancaman tarif diharapkan efektif mengembalikan lawan diskusi ke meja perundingan dan pada akhirnya tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
“Kami melihat langkah terbaru dari Gedung Putih sebagai taktik negosiasi. Kami mempertahankan perkiraan bahwa tarif impor efektif akan berada di sekitar 15%,” kata Mark Haefele dari UBS Global Wealth Management, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang dianggap aman (safe haven asset). Ketika situasi kalem, tidak terlalu gaduh, maka investor cenderung lebih memilih aset-aset berisiko yang mampu mendatangkan keuntungan secara lebih instan.
(aji)
































