Logo Bloomberg Technoz

Kontrak di Comex naik sebanyak 17% pada Selasa (8/7/2025), waktu setempat, lonjakan rekor dalam satu hari, sebelum turun lebih dari 4% pada perdagangan awal Rabu (9/7/2025).

Harga New York memiliki premi besar sebesar 24% terhadap harga berjangka yang setara di LME, pasar yang menetapkan harga acuan global.

Kurang Eksplorasi

Meskipun tren harga tembaga cenderung naik beberapa waktu terakhir, kata Hendra, RI tidak bisa memanfaatkan peluang tersebut karena minimnya kegiatan eksplorasi pertambangan tembaga di dalam negeri.

Cadangan sumber daya tembaga di Tanah Air padahal dinilai masih cukup banyak. “Harusnya digenjot eksplorasi tembaga, ini menunjukkan bahwa AS butuh banget tembaga, bahkan dunia,” ujarnya.

Hendra berpandangan cadangan tembaga yang ada saat ini akan habis karena permintaan yang terus meningkat, sementara pasokannya tidak bertambah.

“Dengan tambahan tarif dari AS ini menunjukkan tembaga akan menjadi komoditas yang sangat penting,” imbuhnya. 

Di sisi lain, Hendra menyebut eksplorasi hanya dilakukan oleh beberapa perusahaan tambang besar, tetapi tidak signifikan.

Perusahaan tembaga tersebut rerata eksplorasi pada tambang brownfield yang sudah pernah dilakukan eksplorasi awal. Sementara itu,  untuk tambang greenfield nyaris tidak ada.

“[Tambang] yang masih baru banget, greenfield, karena memang risikonya lebih besar kan belum pernah dilakukan eksplorasi awal, itu yang bisa dikatakan nyaris enggak ada,” ucapnya.

Tujuan Ekspor

Menurutnya, tembaga RI mayoritas di ekspor ke wilayah Asia dan Eropa karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Sementara itu, ekspor ke AS akan mahal di ongkos sehingga walaupun ada ekspor tembaga ke sana, jumlahnya sangat minim. Adapun, impor tembaga AS lebih banyak berasal dari Peru, Cile, hingga Kanada.

Negara asal impor tembaga AS./dok. Bloomberg

Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengekspor bijih tembaga dan konsentrat ke AS sebanyak 22,838.63 ton dengan nilai US$1,517 pada 2024. Namun, data dengan kode HS 26030000 itu tidak ditemukan pada 2025.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan AS akan mulai memberlakukan tarif 50% untuk impor tembaga mulai 1 Agustus. Tarif lebih tinggi dari perkiraan ini diisyaratkan Trump dalam pernyataannya kepada wartawan pada Selasa.

Namun, dia mengungkap tanggal berlakunya bea 50% melalui Truth Social pada Rabu malam—dan menyalahkan pemerintahan sebelumnya atas menurunnya pengaruh tembaga AS.

"TARIF 50% ini akan membalikkan perilaku sembrono dan kebodohan Pemerintahan Biden," kata Trump. "Amerika akan, sekali lagi, membangun Industri Tembaga yang DOMINAN."

Menurut kajian BMI, lengan riset Fitch Solutions dari Fitch Group, prospek produksi untuk komoditas logam penting ini diramal masih akan tumbuh kuat hingga 2034.

Ekspansi baru tambang tembaga di berbagai negara mulai kembali bermunculan, didukung oleh harga yang mencapai rekor historis serta prospek permintaan yang masih cerah.

“Kami memperkirakan produksi tambang tembaga global akan meningkat dengan tingkat tahunan rata-rata 2,9% selama periode 2025—2034, dengan output tahunan meningkat dari 23,8 juta pada 2025 menjadi 30,9 juta pada 2034,” papar tim riset BMI dalam laporannya.

Prospek produksi tambang tembaga dunia hingga 2034./dok. BMI

Untuk 2025 saja, produksi tambang tembaga dunia diestimasikan meningkat 2,5% secara year on year (yoy), ditopang oleh pemulihan produksi di Cile dan peningkatan produksi di tambang Oyu Tolgoi, Mongolia.

Peru, Rusia, dan Zambia juga akan tetap menjadi kontributor utama pasokan tembaga global. Akan tetapi, produksi dari Indonesia, Kanada, dan Kazakhstan ditaksir akan mengalami penurunan, meski tidak dijelaskan seberapa signifikan penurunan tersebut.

(wdh)

No more pages