Logo Bloomberg Technoz

Adapun SBN dalam dolar, INDON, juga mencatat kenaikan harga di semua tenor terutama tenor 2Y yang turun yield-nya 3,8 bps menyentuh 3,980%. Adapun tenor 10Y INDON terpangkas imbal hasilnya 3,6 bps jadi 5,114%.

Berbalik hijaunya pasar obligasi pemerintah, seiring minat belanja asing yang kembali membesar dengan nilai belanja selama Juli mencapai Rp17,2 triliun month-to-date, hingga data terakhir per 8 Juli lalu, seperti publikasi Kementerian Keuangan.

Penguatan juga terlihat di pasar saham di tengah tekanan jual asing yang masih besar. IHSG yang dibuka menguat pagi tadi, sampai jelang penutupan pasar hari ini masih mempertahankan penguatan 0,75% di level 6.994. 

IHSG telah membukukan kenaikan sepanjang pekan ini, di tengah arus jual saham oleh investor asing yang belum terhenti delapan hari perdagangan berturut-turut.

Investor lokal terlihat mendukung bertahannya laju indeks ekuitas di tengah animo yang membludak menyerbu saham-saham perdana, terutama saham konglomerasi.

BI Rate Bisa Turun

Rupiah yang stabil selama bulan Juli ini, menguat 0,11% month-to-date, kemungkinan memberikan suntikan kepercayaan diri bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan lagi pelonggaran moneter. 

Perry Warjiyo dan anggota Dewan Gubernur BI akan menggelar pertemuan edisi bulan Juli pada pekan depan, tepatnya 15-16 Juli, berbekal kinerja rupiah yang membaik, ketika berbagai data ekonomi terbaru makin mempertegas kondisi kelesuan aktivitas ekonomi domestik. 

Kinerja penjualan ritel pada Mei terkontraksi lebih dalam ketimbang perkiraan semula. Sedangkan kinerja pada Juni (angka estimasi), juga belum menggembirakan.

Kinerja penjualan eceran yang lesu itu terjadi ketika keyakinan konsumen juga masih rapuh di tengah ketersediaan lapangan pekerjaan yang dinilai belum membaik dan mengikis harapan akan perbaikan penghasilan ke depan.

Kondisi keuangan konsumen juga masih menunjukkan penurunan alokasi tabungan ketika beban utang masih besar dan pengeluaran untuk konsumsi meningkat.

Daya beli konsumen yang salah satunya terindikasi dari indeks pembelian barang tahan lama (durable goods) di kalangan konsumen dengan nilai pengeluaran terbawah untuk pertama kalinya jatuh ke zona kontraksi, menyusul kelas menengah di atasnya.

Data-data itu memperkuat ekspektasi bahwa BI mungkin akan kembali menurunkan BI rate untuk memberi dorongan pada perekonomian domestik ketika insentif fiskal yang digelontorkan oleh Pemerintah RI sejauh ini masih belum terlihat berdampak.

Spekulasi penurunan BI rate ini memberi bahan bakar reli harga SBN terutama tenor pendek di pasar perdana maupun pasar sekunder, selain sebagai bagian dari strategi defensif menghadapi ketidakpastian pasar global akibat tarif AS.

Dalam lelang sukuk negara (SBSN) pada Selasa lalu, incoming bids menyentuh rekor tertinggi baru hingga Rp40,83 triliun.

Kemungkinan sebagai bagian dari strategi defensif menghadapi ketidakpastian yang masih besar akibat isu tarif Trump.

"Kelihatannya pasar berekspektasi Bank Indonesia akan memangkas bunga acuan BI rate sebesar 25 bps ke 5,25% untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lesu," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Market Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.

Dalam pernyataan terakhir dalam rapat kerja pembahasan Asumsi Dasar Ekonomi dalam RAPBN 2026, pada pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bank sentral berpeluang kembali menurunkan suku bunga acuan, BI rate, pada tahun ini. Hal tersebut ditujukan untuk menjaga stabilitas serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami telah menurunkan suku bunga BI rate Januari dan Mei ke 5,5% dan kami juga masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga BI rate ke depan dengan inflasi yang rendah," kata Perry.

Perry menekankan, Bank Indonesia akan bersinergi dengan pemerintah untuk bersama-sama menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. "BI akan mengambil kebijakan-kebijakan moneter yang tidak hanya menjaga stabilitas tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.

(rui/aji)

No more pages