Trump menegaskan bahwa negara-negara akan "mulai membayar pada 1 Agustus. Uang akan mulai masuk ke AS pada 1 Agustus." Tarif biasanya dibayarkan oleh importir atau perantara yang bertindak atas nama importir, tetapi konsumen akhir kerap menanggung sebagian besar beban biaya.
Trump telah lama mengancam jika negara-negara gagal mencapai kesepakatan dengan AS sebelum tenggat pekan depan, ia akan menetapkan tarif secara sepihak, memperbesar tekanan terhadap mitra dagang yang tengah berusaha mengamankan kesepakatan dengan pemerintahannya.
Presiden AS itu pertama kali mengumumkan tarif "resiprokal" yang lebih tinggi pada 2 April lalu, tetapi menangguhkannya selama 90 hari untuk memberi waktu negosiasi, dengan memberlakukan tarif sementara sebesar 10%.
Sejauh ini, pemerintahan Trump telah mengumumkan kesepakatan dengan Inggris dan Vietnam, serta menyepakati gencatan dagang dengan China, yang memungkinkan dua kekuatan perekonomian terbesar di dunia itu melonggarkan tarif balasan mereka.
Saat ditanya Kamis lalu apakah akan ada kesepakatan baru, Trump menjawab, "kami punya beberapa kesepakatan lain, tapi sejujurnya, saya lebih suka langsung mengirim surat dan memberi tahu berapa tarif yang harus mereka bayar."
"Hal tersebut jauh lebih mudah," ujarnya.
Trump mengumumkan kesepakatan dengan Vietnam pada Rabu, menyatakan bahwa AS akan memberlakukan tarif 20% atas ekspor dari Vietnam ke AS, serta tarif 40% atas barang-barang yang dinilai sebagai hasil transshipment, yakni praktik pengalihan komponen dari China atau negara lain melalui Vietnam sebelum masuk ke pasar AS.
Meski lebih rendah dari bea 46% yang sempat dikenakan pada Vietnam, tarif tersebut tetap lebih tinggi dibanding tarif universal sebesar 10%. Detail dari kesepakatan ini masih belum sepenuhnya jelas, dan Gedung Putih belum merilis dokumen resmi atau pernyataan presiden yang mengesahkan kesepakatan tersebut.
Meski demikian, pasar merespons positif pengumuman kesepakatan dengan Vietnam tersebut. Saham sejumlah produsen Amerika yang memiliki pabrik di Vietnam dilaporkan menguat.
Namun, beberapa mitra dagang utama seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa masih dalam proses finalisasi kesepakatan. Trump menyatakan optimisme terhadap kemungkinan perjanjian dengan India, tetapi justru melontarkan kritik keras terhadap Jepang, yang disebutnya sebagai mitra negosiasi yang sulit.
Pekan ini, ia kembali melancarkan kritik dan menyatakan bahwa Jepang seharusnya "membayar 30%, 35%, atau berapa pun tarif yang kami tentukan."
Trump juga mengatakan pada Selasa bahwa dirinya tidak mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu pekan depan. Saat ditanya soal kemungkinan perpanjangan negosiasi, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menjawab bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Trump.
"Kami akan melakukan apa yang diinginkan presiden, dan dia yang akan menentukan apakah negara-negara itu bernegosiasi dengan itikad baik," ujar Bessent dalam wawancara dengan CNBC.
(bbn)