Chabot akan mengirimkan hingga 50 daftar pekerjaan setiap minggunya. Selain menunjukkan kepada pengguna tanggung jawab dan persyaratan peran, Jobright.ai juga mengumpulkan informasi yang relevan untuk setiap lowongan, dengan rincian tentang budaya perusahaan, sejarah, pendanaan, dan tingkat kepuasan karyawan.
Saat pengguna menyetujui salah satu sarannya, bot dapat menyelesaikan aplikasi, termasuk petunjuk jawaban singkat, dalam waktu kurang dari satu menit.
Seiring waktu, agen AI akan semakin terbiasa dengan preferensi pengguna ketika seseorang mengejar atau melewatkan berbagai peluang kerja, kata salah satu pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Jobright.ai, Eric Cheng. Ini “mirip dengan cara Anda bekerja dengan Tinder,” katanya.
Untuk menilai apakah seorang pelamar cocok untuk lowongan pekerjaan yang diberikan, Jobright.ai menerjemahkan keterampilan dan pengalaman pelamar ke dalam “skor kualifikasi,” persentase yang muncul dalam lingkaran hijau muda di sebelah setiap lowongan pekerjaan. Bot harus menentukan bahwa pengguna setidaknya 60% memenuhi syarat untuk suatu pekerjaan, agar dapat merekomendasikan lowongan tersebut.
Gambaran umum yang tetap berlaku adalah. seperti apa pelamar yang memenuhi syarat bisa berbeda-beda di setiap industri. Di bidang teknologi, kemahiran bahasa code dan keterampilan pembelajaran mesin sangat dihargai.
Di sektor lain, kemampuan interpersonal yang kuat mungkin menjadi bobot yang paling besar, namun mereka juga sangat sulit untuk diukur. Jabatan dan penanda pengalaman lainnya juga bisa berbeda-beda di setiap industri dan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Seorang wakil presiden di bank besar, misalnya, mungkin memiliki profil pengalaman yang sangat berbeda dengan wakil presiden di perusahaan rintisan.
“Terkadang AI tidak mengetahui perbedaan seperti itu,” kata Cheng, yang meminta pelatih karier dan perekrut untuk membantu perusahaan mengembangkan sistem penilaian kualifikasi. “Kami perlu menyempurnakan model AI dengan masukan yang sebenarnya dari ahli.”
Rival Jobright.ai, LinkedIn telah merilis fitur feedback resume AI dan draf surat lamaran untuk pelanggan berbayar pada bulan Juni lalu. Pembaruan fitur memungkinkan pengguna untuk memberi tahu alat pencarian AI tentang pekerjaan yang mereka inginkan, alih-alih mengandalkan keyword searches strategis.
Dengan membuat kecocokan yang lebih baik antara calon kandidat dan pemberi kerja, kata Cheng, AI dapat mengatasi kekhawatiran tidak hanya para pencari kerja tetapi juga para manajer perekrutan, yang sering kali dibanjiri dengan resume, sehingga sulit dan memakan waktu untuk memisahkan pelamar yang serius dengan pelamar yang tidak memenuhi syarat.
“Daripada memberi mereka 500 pelamar, yang kebanyakan dari mereka tidak memenuhi syarat, kami mungkin hanya merekomendasikan sekitar 20 hingga 30 kandidat, mirip dengan cara kerja headhunter,” kata Cheng.
(bbn)