Logo Bloomberg Technoz

Amodei bahkan menggambarkan skenario masa depan di mana AI meningkatkan produktivitas ekonomi secara drastis, tetapi 20% populasi kehilangan pekerjaan.

Dia menyoroti ironi di balik kemajuan pesat AI saat ini. Di satu sisi, para pemimpin perusahaan AI seperti dirinya mendorong inovasi cepat, namun pada sisi lain, mereka juga mengakui potensi kerusakan yang ditimbulkan teknologi ini terhadap struktur sosial dan ekonomi.

"Kami mengatakan ‘Anda harus khawatir soal arah teknologi ini’, tapi para pengkritik justru balik menyalahkan kami, bilang kami melebih-lebihkan. Padahal, bagaimana jika kami benar?" kata Amodei.

Peringatan tersebut sejalan dengan kekhawatiran dari tokoh politik seperti Steve Bannon, mantan penasihat Presiden AS Donald Trump. Menurut Bannon, pekerjaan administratif, manajerial, dan teknologi untuk kelompok usia di bawah 30 tahun terancam hilang—khususnya pekerjaan pemula yang menjadi landasan awal karier anak muda.

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya juga memperingatkan bahwa perempuan tiga kali lebih berisiko kehilangan pekerjaan akibat AI, karena mereka lebih banyak bekerja di posisi administratif tingkat rendah. 

Sementara itu, laporan lainnya menyebutkan bahwa lulusan baru Gen Z juga terancam kesulitan mendapatkan pekerjaan pertama, seiring perusahaan mengurangi rekrutmen entry-level akibat otomatisasi.

Tekanan semakin besar karena ekspektasi pemberi kerja terhadap Gen Z juga mulai berubah. Kebiasaan mahasiswa menggunakan AI dalam proses pembelajaran dinilai berisiko mengikis keterampilan berpikir kritis dan pemahaman teknis mendalam, yang selama ini menjadi landasan kompetensi profesional.

Microsoft, dalam laporannya baru-baru ini, menyoroti bahwa banyak pengembang muda kini terlalu bergantung pada AI. Akibatnya, mereka tidak memiliki fondasi ilmu komputer yang cukup untuk memahami dan memperbaiki sistem yang mereka gunakan.

Adapun menurut Amodei, alasan AI begitu cepat menggantikan peran manusia sederhana: AI bekerja 24 jam penuh, tidak cuti, tidak sakit, dan tidak menuntut kenaikan gaji atau perlindungan serikat kerja. Namun ia memperingatkan bahwa jika tren ini tak diantisipasi, bukan hanya pekerja entry-level yang terdampak, tetapi ekosistem ketenagakerjaan jangka panjang.

(prc/wep)

No more pages