Logo Bloomberg Technoz

Hassan Khomeini, yang dikenal dekat dengan faksi reformis yang mendorong pelonggaran pembatasan sosial dan politik, tetap mendapat rasa hormat dari para ulama senior dan Garda Revolusi karena garis keturunannya.

“Saya kembali menyatakan dengan rendah hati bahwa saya, pelayan kecil dan tidak berarti bagi rakyat Iran, siap untuk hadir dengan bangga di medan mana pun yang Anda anggap perlu,” ujar Khomeini (53) dalam sebuah pernyataan publik yang ditujukan kepada Khamenei, beberapa jam sebelum AS meluncurkan serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Menurut lima sumber tersebut, nama Hassan Khomeini mulai dipertimbangkan secara serius dalam beberapa pekan terakhir, terutama di tengah meningkatnya konflik dengan Israel dan Amerika Serikat. Ia dinilai bisa menjadi pilihan yang lebih akomodatif, baik secara internasional maupun domestik, dibanding Mojtaba Khamenei.

Sebaliknya, Mojtaba dinilai lebih mengikuti garis kebijakan keras ayahnya. Namun, sumber-sumber tersebut menekankan bahwa belum ada keputusan final. Daftar kandidat masih bisa berubah dan keputusan akhir tetap berada di tangan Ayatollah Khamenei.

Namun di tengah konflik militer yang terus berlangsung, belum jelas apakah proses pemilihan bisa berjalan dengan lancar atau apakah pemimpin baru dapat langsung memiliki tingkat kewenangan setara dengan Khamenei.

Serangan Israel sebelumnya juga telah menewaskan sejumlah komandan senior Garda Revolusi, yang selama ini menjadi penopang utama kekuasaan Pemimpin Tertinggi, sehingga memperumit skenario transisi kekuasaan.

Kantor Ayatollah Khamenei dan Majelis Ahli—lembaga ulama yang membentuk komite suksesi—tidak memberikan tanggapan saat dimintai komentar.

(del)

No more pages