“Jadi pertimbangan KLB ini juga bisa saja karena adanya kasus ya, ada terus potensi memburuk situasi ada ditambah lagi potensi kesulitan nanti akses ini yang atau kerentanan lain ini yang harus bisa dapat menjadi pertimbangan dan deteksi dini,” tambahnya.
Selain itu, kata Dicky bahwa penyakit virus hanta ini tidak berpotensi sebagai pandemi karena merupakan satu penyakit yang sebenarnya sudah ada di lingkungan masyarakat umum seperti Leptospirosis dan tentunya hanya berpotensi pada sifat lokal saja.
Namun demikian terkait virus hanta ini kata Dicky perlu meningkatkan literasi publik untuk selalu menggunakan masker, sarung tangan apabila melakukan kegiatan bersih-berish apalagi gudang lama atau gudang penyimpanan makanan dan lain sebagainya.
“Juga selalu dalam segala bentuknya dalam segala kesempatan menghindari kontak langsung dengan tikus atau kotorannya, jangan dianggap wajar gitu jadi ketika tikus sudah berani ke permukaan tanpa rasa takut, itu yang harus diwaspadai. Segera dilakukan pembasmian kalau itu biasanya sudah cenderung menurut saya indikator bahaya. Biasakan menyimpan makanan air dalam wadah tertutup,” terang Dicky.
Dicky pun mengaku akan pergi ke China untuk menghadiri pertemuan global kesehatan. Dalam pertemuan tersebut akan berbicara mengenai antisipasi wabah penyakit berikutnya termasuk hanta dengan para ahli dari berbagai negara dunia. “Saya jadi salah satu pembicara."
Selain itu, dia mengatakan bahwa kewaspadaan masyarakat juga amat sangat penting. Meskipun kata Dicky virus hanta ini merupakan tipe HFRS dapat menyerang paru tapi tetap ada potensi kematian pada pasien dengan fatalitas bahkan bisa sampai 10% di atas.
“Jadi ini tergantung juga kecepatan dalam deteksi, diagnosis, dan juga treatmentnya atau rujukannya gitu,” kata Dicky.
“Nah yang juga sering menjadi kesalahan diagnosis adalah karena gejala dari Hantavirus ini menyerupai Leptospirosis atau demam berdarah atau sepsis nah ini yang bisa jadi luput dari deteksi atau diagnose,” tutupnya.
(dec/spt)
































