Logo Bloomberg Technoz

Fenomena ini memaksa institusi keuangan untuk mengubah strategi mereka. Perusahaan seperti Blackstone dan Apollo kini menawarkan produk yang dahulu hanya tersedia untuk institusi menjadi bentuk dana semi-likuid dan ETF yang bisa diakses publik. Forge Global bahkan menurunkan ambang batas investasi hingga hanya US$5.000 (Rp82 juta), mencatat lonjakan pendaftaran harian tiga kali lipat—sebagian besar dari kalangan muda yang berharap bisa masuk lebih awal ke perusahaan seperti OpenAI sebelum IPO.

"Beberapa penasihat mungkin hanya menggunakan portofolio 60/40 dari waktu ke waktu dan belum benar-benar merasa perlu menawarkan alternatif," kata Mark Steffen, ahli strategi investasi alternatif global di Wells Fargo Investment Institute. "Namun, saya rasa hal itu mungkin berubah."

Namun, aset alternatif bukan tanpa risiko. Struktur investasi seringkali rumit, mahal, dan tidak likuid. Dana perwalian real estat milik Blackstone sempat membatasi penarikan saat lonjakan suku bunga 2022. Moody’s bahkan memperingatkan bahwa upaya membuka pasar swasta bagi investor ritel membawa risiko sistemik, termasuk potensi tekanan likuiditas di masa depan.

Meski demikian, tren ini tak terbendung. Di tengah budaya "cepat kaya" yang digaungkan di TikTok dan Reddit, generasi baru merasa pendekatan tradisional terlalu lamban dan tak relevan. "Model saham dan obligasi orang tua kita belum tentu cocok dengan generasi sekarang, terutama karena segalanya kini terasa sangat mahal," kata Andrew Saeta dari Forge.

Ilustrasi transaksi aset kripto Bitcoin. (Bloomberg)

Sebagian menganggap investasi alternatif sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem keuangan konvensional yang dinilai tidak adil. "Mereka berpikir, sistem ini dibuat untuk merugikan saya. Saya harus melakukan sesuatu yang berbeda agar bisa kaya," ujar Owen Lamont dari Acadian Asset Management.

Namun preferensi ini tidak seragam. Ada juga Gen Z dan Milenial yang masih menyimpan dana dalam bentuk tunai atau tetap bertahan di jalur konservatif. Menurut data Vanguard, banyak dari generasi ini justru tidak menginvestasikan modal secara optimal karena IRA atau rekening pensiun mereka banyak terisi uang tunai yang tidak tumbuh.

Meski begitu, industri keuangan telah mencium pergeseran arah. Survei CAIS menunjukkan bahwa 80% manajer aset alternatif berencana meluncurkan produk yang lebih ramah untuk ritel — dua kali lipat dari tiga tahun lalu. Morgan Stanley bahkan tengah menyiapkan dana multi-aset yang mencakup modal ventura, utang swasta, real estat, dan infrastruktur—semuanya dalam satu kendaraan investasi.

"Anda memiliki campuran preferensi investor dan ketersediaan produk yang berkembang sedemikian rupa sehingga keduanya saling melengkapi untuk menciptakan peningkatan prosiklis dalam investasi alternatif," kata Pelzar dari BofA. "Kita mungkin berada di babak awal gelombang yang sesungguhnya."

(bbn)

No more pages