“Mengenai Fordow, saya pikir kita harus mengangkat topi untuk sahabat besar kita, sahabat dekat saya Presiden Trump, atas pekerjaan luar biasa yang dilakukan militer dan Angkatan Udara AS,” ujar Netanyahu. “Mereka menimbulkan kerusakan besar terhadap Fordow.”
Ia menambahkan, “Kami tentu akan mempelajari ini lebih lanjut. Dan yang pasti, kami akan memastikan tidak ada ancaman yang datang dari fasilitas nuklir tersebut.”
Seorang pejabat Israel, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa hingga kini belum diketahui keberadaan stok uranium yang diduga disimpan Iran di Fordow. Jika Iran sempat memindahkannya sebelum serangan AS, bahan fisil tersebut berpotensi dimurnikan lebih lanjut menjadi bahan bakar senjata nuklir.
Netanyahu tidak mengungkap berapa lama serangan di Iran akan berlangsung. Namun ia menegaskan bahwa Israel dan AS sedang berkonsultasi secara intensif.
Konflik ini menandai fase baru yang berisiko dalam kampanye Israel melawan jaringan proksi Iran, termasuk Hamas, yang memicu perang regional saat kelompok itu menyerbu wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dalam serangan brutal disertai penculikan. Israel telah membalas sejak saat itu, dengan korban jiwa di pihak Palestina yang diperkirakan mencapai 50.000 orang, dan kini memperluas serangan ke program nuklir musuh bebuyutannya.
Militer Israel juga mengumumkan telah menemukan tiga jenazah sandera tambahan selama akhir pekan, sehingga jumlah sandera yang masih ditahan menjadi 50 orang—sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.
“Operasi di Iran membantu pencapaian tujuan di Gaza,” ujar Netanyahu. “Tanpa dukungan, tanpa kerangka kerja yang disediakan oleh Iran, seluruh struktur ini akan runtuh.” Ia menambahkan bahwa butuh waktu bagi Hamas untuk benar-benar menyadari hal ini.
Survei opini publik di Israel menunjukkan sebagian besar warga ingin perang di Gaza segera diakhiri, bahkan jika Hamas masih tetap eksis, selama para sandera dapat dikembalikan dengan selamat.
(bbn)


































