Turun dalamnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps, terutama saham-saham bank besar, saham BBRI, BMRI, BBNI dan juga BBCA.
Berikut selengkapnya berdasarkan data Bloomberg, Kamis (19/6/2025).
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mengurangi 15,37 poin
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 9,29 poin
- Barito Renewables Energy (BREN) menekan 7,64 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menekan 6,88 poin
- Chandra Asri Pacific (TPIA) menekan 5,66 poin
- Bank Negara Indonesia (BBNI) menekan 4,71 poin
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 4,35 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 3,42 poin
- Merdeka Copper Gold (MDKA) menekan 3,14 poin
- Astra International (ASII) menekan 3,13 poin
Adapun saham-saham barang baku lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) drop 4,88%, saham PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) tertekan 4,72%, dan saham PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) juga terjebak di zona merah dengan ambles 4,26%.
Disusul oleh pelemahan saham keuangan, saham PT Bank Mega Tbk (MEGA) yang terjun bebas 5,52%, saham PT Bank Victoria InternationalTbk (BVIC) ambles 4,61%, dan saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) drop 4,24%.
Saham-saham perbankan lainnya turut menjadi pemberat IHSG, saham PT Paninvest Tbk (PNIN) drop 4,08%, saham PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) melemah 3,03%, dan saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) juga terjebak di zona merah dengan drop 2,91%.
Kebijakan The Fed Jadi Sentimen
Dari Amerika Serikat, Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) dini hari tadi, dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Federal Fund Rate di kisaran 4,25%–4,5%, seperti yang telah dilakukan di sepanjang tahun ini.
FOMC secara bulat memilih untuk tidak mengubah suku bunga acuan, menandai pertemuan keempat berturut-turut tanpa perubahan kebijakan moneter, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Di samping itu, yang jadi perhatian investor, mereka juga merilis proyeksi ekonomi terbaru — yang pertama sejak Presiden Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif besar-besaran pada bulan April — yang memperhitungkan mereka lihat akan ada pertumbuhan yang lebih lemah, inflasi yang lebih tinggi, dan pengangguran yang lebih tinggi tahun ini.
Proyeksi suku bunga yang dirilis bersamaan dengan keputusan tersebut memperlihatkan perpecahan: Tujuh pejabat The Fed saat ini memperkirakan tidak akan ada pemangkasan suku bunga acuan tahun ini, dibandingkan dengan empat orang pada Maret yang lalu, dan dua pejabat lainnya menduga akan ada satu kali pemangkasan.
Sementara itu, sepuluh pejabat meramalkan akan tepat untuk menurunkan suku bunga setidaknya dua kali sebelum tutup tahun 2025.
Pejabat The Fed dan para ekonom secara umum juga menaksir penggunaan tarif secara lebih luas oleh Pemerintah akan membebani aktivitas ekonomi dan mendorong kenaikan harga.
Dalam proyeksi ekonomi terbaru mereka, para pejabat menaikkan estimasi median mereka untuk inflasi pada tahun 2025 menjadi 3% dari sebelumnya 2,7%. Mereka juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 menjadi 1,4% dari 1,7%.
Mereka memperkirakan tingkat pengangguran akan mencapai 4,5% pada tahun ini, terbilang lebih tinggi dari estimasi sebelumnya.
Proyeksi tersebut mencerminkan situasi pelik yang dihadapi para pembuat kebijakan The Fed.
Reliance Sekuritas menyebut, sentimen negatif datang dari ketidakpastian yang terjadi karena perang antara Israel dan Iran, serta penantian rilisnya suku bunga Bank Indonesia dan juga The Fed.
“Sentimen negatif datang dari pengumuman suku bunga The Fed,” paparnya dalam riset terbaru.
Senada, riset Phintraco Sekuritas juga menguraikan komentar dan kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunganya tetap pada level 4,25%–4,5%. The Fed akan mencermati dampak tarif impor, sebelum memutuskan arah kebijakan suku bunga berikutnya.
The Fed meramalkan lebih sedikit penurunan suku bunga tahun depan di tengah kecemasan tentang pertumbuhan yang melambat dan inflasi yang lebih cepat.
The Fed mengindikasikan suku bunga acuan turun menjadi 3,9% di tahun ini, mempertahankan perkiraan untuk dua kali pemangkasan suku bunga.
Sedang untuk tahun 2026, The Fed mengestimasi suku bunga turun terbatas menjadi 3,6%, dengan kenaikan dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,4% pada bulan Maret. Untuk tahun 2027, The Fed merevisi suku bunga berpotensi turun menjadi 3,4%, ada kenaikan dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 3,1%.
(fad)






























