Vincent menjelaskan, sekitar 90% dana hasil obligasi akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak usaha, PT RMK Nickel Nusantara (RMKN). Dana tersebut akan digunakan untuk pengadaan batubara dari pemasok guna mendukung pertumbuhan penjualan dan optimalisasi rantai pasok RMKN. Sisanya akan digunakan oleh RMKE untuk kebutuhan modal kerja, seperti pembelian bahan bakar, pelumas, suku cadang, serta perbaikan dan pemeliharaan operasional.
Lebih lanjut, Vincent menegaskan bahwa kinerja operasional perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dalam lima tahun terakhir. Volume jasa batubara tumbuh dengan CAGR sebesar 17,2% selama periode 2019–2024, sementara volume penjualan batubara meningkat dengan CAGR 62,4%.
Secara finansial, RMKE juga mencatat pertumbuhan pendapatan usaha dengan CAGR 34,5%, serta laba bersih yang tumbuh 46,0% per tahun.
“RMK Energy berkomitmen untuk terus memperkuat pertumbuhan berkelanjutan dan memperluas kontribusinya di industri energi, sejalan dengan rencana strategis perusahaan,” tutup Vincent.
(tim)































