BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada dalam kisaran 4,6–5,4% pada 2025. Dalam hal ini, BI memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada semester II-2025.
Sumber pertumbuhan dari permintaan domestik melalui konsumsi rumah tangga dan investasi perlu makin ditingkatkan. Dari sisi pemerintah, kebijakan fiskal ditempuh untuk mempercepat belanja melalui pemberian gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dan subsidi transportasi, serta penebalan bantuan sosial kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Dari sisi BI, penurunan suku bunga dan pelonggaran likuiditas ditempuh melalui kebijakan moneter yang dibarengi peningkatan insentif likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan ke sektor-sektor prioritas.
3. Aliran Masuk Modal Asing
BI melaporkan aliran masuk modal asing ke surat berharga negara (SBN) mencatat net inflows sebesar US$1,7 miliar hingga 16 Juni 2025.
Posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2025 tetap tinggi sebesar US$152,5 miliar, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2025 diproyeksikan tetap baik ditopang defisit transaksi berjalan yang diprakirakan lebih rendah dalam kisaran defisit 0,5% sampai dengan 1,3% dari PDB dan surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
4. Rupiah Menguat dan Inflasi Stabil
BI melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat sebesar 0,06% (point-to-point) hingga 17 Juni 2025 dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya. Pada 17 Juni 2025, rupiah ditutup menguat 0,18% ke level Rp16.265/US$.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025 tetap terjaga dan mendukung stabilitas perekonomian. IHK pada Mei 2025 mengalami inflasi sebesar 1,6% secara tahunana atau year-on-year (yoy). Inflasi inti tetap terkendali sebesar 2,4% (yoy). Kelompok volatile food (VF) tercatat deflasi sebesar 1,17% (yoy) dan inflasi kelompok administered prices tercatat sebesar 1,36% (yoy).
5. Suku Bunga Pasar Uang Turun
Di pasar uang, sejalan dengan penurunan BI Rate pada Mei 2025, suku bunga INDONIA turun menjadi 5,34% pada 17 Juni 2025 dari sebelum pengumuman penurunan BI-Rate pada Mei 2025 sebesar 5,77%.
6. Posisi Instrumen SRBI, SVBI dan SUVBI dan Pembelian SBN
Hingga 16 Juni 2025, total posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat sebesar Rp811,11 triliun, sehingga mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter.
Sementara instrumen Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI) pada periode yang sama tercatat masing-masing sebesar US$2,06 miliar dan US$480 juta.
Hingga 17 Juni 2025, BI telah membeli surat berharga negara (SBN) sebesar Rp124,33 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp87,04 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp37,29 triliun.
7. Kredit Tumbuh Melambat
BI melaporkan kredit tumbuh sebesar 8,43% (yoy) pada Mei 2025, lebih rendah dari 8,88% (yoy) pada April 2025. Kondisi likuiditas perbankan masih memadai, meskipun pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) cenderung melambat dari awal Januari 2025 sebesar 5,51% (yoy) menjadi 4,29%(yoy) pada Mei 2025.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit investasi 13,74% (yoy), kredit modal kerja 4,94% (yoy), dan kredit konsumsi 8,82% (yoy) pada Mei 2025.
8. Transaksi Digital Tumbuh
Dari sisi transaksi, pembayaran digital pada Mei 2025 mencapai 3,93 miliar transaksi atau tumbuh 27,88% (yoy) didukung peningkatan seluruh komponen.
Dari sisi infrastruktur, volume transaksi ritel yang diproses melalui BI-FAST mencapai 393,73 juta transaksi atau tumbuh 45,45% (yoy), dengan nilai mencapai Rp969,43 triliun, sedangkan volume transaksi nilai besar yang diproses melalui BI-RTGS turun sebesar 6,08% (yoy) menjadi 0,77 juta transaksi dengan nilai Rp14.450,03 triliun.
Sementara dari sisi pengelolaan uang rupiah, Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 10,10% (yoy) menjadi Rp1.143,09 triliun pada Mei 2025.
9. Alasan Keputusan Mempertahankan BI Rate
BI mengatakan alasan mempertahankan BI Rate sejalan dengan tetap terjaganya proyeksi inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus satu persen, stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan BI Rate untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan inflasi sesuai dengan sasarannya dan stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya.
(lav)































