Level tersebut jauh dengan posisi penutupan rupiah spot kemarin di Rp16.280/US$, mengisyaratkan pelemahan kemungkinan melanda dengan rentang lebih luas.
Di pasar Asia pagi ini, sebagian besar mata uang yang sudah diperdagangkan terpeleset di zona merah dipimpin oleh won, lalu ringgit, baht, yen dan dolar Hong Kong. Sedangkan dolar Singapura dan yuan offshore dan yuan Tiongkok bertahan di zona hijau.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan mencermati sejumlah sentimen yang menekan, menuju level Rp16.300/US$ yang merupakan support pertama. Pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.310/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.350/US$ sebagai support paling potensial hingga Rp16.400/US$.
Namun demikian, bila nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level Rp16.250/US$ dan Rp16.200/US$ hingga Rp16.100/US$ sebagai resistance psikologis.
BI rate dan Rapat The Fed
Hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil keputusan Rapat Dewan Gubernur bulanan pada siang hari di Jakarta. Konsensus pasar sejauh ini memperkirakan BI rate akan ditahan di level 5,50%. Hanya 9 dari 34 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg yang memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan lagi sebanyak 25 basis poin hari ini ke level 5,25%.
Arus masuk modal asing ke Indonesia dalam 30 hari terakhir memang membesar, sekitar US$ 1,59 miliar ditambah penguatan rupiah lebih dari 1%. Namun, "Masih ada risiko meningkatnya ketidakpastian di jangka pendek seiring dengan potensi reeskalasi dari perang dagang dan memanasnya tensi geopolitik Timur Tengah. Menimbang berbagai faktor tersebut, Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur Juni ini," kata Teuku Riefky, Ekonom LPEM Universitas Indonesia dalam catatannya.
Adapun di Washington, bukan hanya Trump yang makin sibuk. Para pejabat bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), telah memulai pertemuan dua hari dan akan mengumumkan keputusan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed kemungkinan tetap menahan suku bunga pada Juni dan Juli, namun bisa menyampaikan arah kebijakan melalui proyeksi ekonomi dan suku bunga. Para traders memperkirakan kemungkinan dua kali penurunan suku bunga tahun ini—dengan pemangkasan pertama yang diperkirakan terjadi pada Oktober.
Jika The Fed kembali menahan suku bunga untuk keempat kalinya secara berturut-turut, hal itu bisa memicu kemarahan Trump.
Namun, para pembuat kebijakan tetap konsisten: sebelum mengambil langkah apa pun, mereka menunggu kepastian dari Gedung Putih terkait kebijakan tarif, imigrasi, dan perpajakan. Serangan Israel terhadap situs nuklir Iran juga menambah ketidakpastian bagi perekonomian global.
Para pelaku pasar juga mencermati data ekonomi AS. Penjualan ritel tercatat turun dua bulan berturut-turut, menunjukkan konsumen mulai menahan pengeluaran mereka akibat kekhawatiran atas tarif dan kondisi keuangan. Produksi industri juga menurun, sementara tingkat kepercayaan pengembang properti turun ke level terendah sejak Desember 2022.
“Investor masih harus bersiap terhadap volatilitas data ekonomi akibat dampak kebijakan perdagangan yang masih terasa,” kata Bret Kenwell dari eToro. “Ekonomi dan daya beli konsumen saat ini masih bertahan, tapi ada tanda-tanda kerentanan. Ini bisa menjadi risiko di paruh kedua tahun ini—terutama jika terjadi perlambatan dalam penciptaan lapangan kerja atau belanja.”
(rui)































