Mengutip laporan BBC, sanksi baru itu akan menekan pendapatan energi Rusia serta mengurangi dana untuk membiayai perang saat ini.
“Faktanya, Rusia tidak memegang semua kartu,” kata Starmer seperti dikutip dari BBC, Selasa (17/6/2025).
Ketika ditanya alasan minimnya informasi soal isi paket sanksi tersebut, juru bicara Downing Street mengatakan, “G7 baru saja dimulai, masih terlalu dini untuk mengungkap hasil dari pertemuan ini.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan para sekutu lainnya berharap pertemuan ini dapat mendorong Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar bersikap lebih tegas terhadap Rusia.
Trump Menarik Diri
Namun, pada Senin, Trump yang lebih dahulu mengumumkan rencana meninggalkan KTT lebih awal karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap paket sanksi tersebut.
Melansir Bloomberg News, Trump belakangan meninjau ulang sanksi ekonomi tambahan untuk Rusia. Hanya saja, Trump menolak memberi tenggat waktu pertimbangan itu.
Trump menyebut dirinya ingin menunggu “apakah akan ada kesepakatan” terlebih dahulu, seraya mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi sanksi terhadap AS.
“Jangan lupa, sanksi itu biayanya besar untuk kita. Saat saya menjatuhkan sanksi ke suatu negara, itu menghabiskan banyak uang untuk AS—jumlah yang sangat besar,” kata Trump kepada awak media dikutip dari Bloomberg News.
“Ini bukan sekadar menandatangani dokumen. Kita bicara soal miliaran dolar. Sanksi itu tidak semudah itu. Bukan jalan satu arah,” lanjutnya.
Sementara itu, sejumlah pemimpin Eropa terus mendorong Trump agar mengambil langkah tegas terhadap Rusia. Mereka menilai tekanan ekonomi adalah kunci agar Putin bersedia bernegosiasi secara serius dan mengakhiri perang yang kini telah memasuki tahun keempat.
Kepergian Trump yang lebih awal dari pertemuan G7 menandakan pengumuman sanksi kemungkinan besar tidak akan melibatkan AS.
Diskusi di Kanada juga akan mencakup bagaimana menekan harga minyak Rusia di pasar global. Sejak Desember 2022, G7 telah menyepakati batas harga minyak mentah Rusia sebesar US$60 per barel sebagai syarat akses ke pelabuhan Barat dan asuransi pengapalan.
Namun efektivitasnya mulai menurun seiring turunnya harga energi global. Komisi Eropa mendorong batas harga baru sebesar US$45, sementara Ukraina menginginkan ambang lebih rendah di US$30.
Sekutu Barat Ukraina juga mendorong sanksi ekonomi langsung yang lebih keras terhadap Rusia. Komisi Eropa telah mengajukan putaran sanksi baru yang menyasar pendapatan energi, perbankan, dan industri militer Moskow.
Sejumlah senator AS juga mendesak pemberlakuan tarif tinggi bagi negara-negara yang membeli minyak murah Rusia, khususnya China dan India. Namun, belum jelas seberapa besar efektivitas langkah ini nantinya.
(red)
































