Bagi Iran, konfrontasi ini menjadi dilema strategis. Negara tersebut tak boleh terlihat lemah, namun pilihan untuk membalas Israel semakin menyempit, sementara itu pasukan proxy yang mereka dukung di kawasan sebagian besar telah dipatahkan oleh aksi Israel.
Setelah sebelumnya mendesak Iran untuk menyepakati perjanjian nuklir di awal serangan Israel, Presiden AS Donald Trump pada Minggu mengatakan bahwa Iran dan Israel "seharusnya membuat kesepakatan, dan akan membuat kesepakatan."
"Kita akan segera melihat PERDAMAIAN antara Israel dan Iran!" ujarnya di Truth Social. "Banyak panggilan dan pertemuan sedang berlangsung."
Namun dalam komentarnya kepada wartawan, ia juga menyatakan bahwa "kadang-kadang mereka harus menyelesaikannya melalui pertempuran."
Sejauh ini, belum ada indikasi terobosan diplomatik dalam waktu dekat.
"Kami sedang berada dalam kampanye eksistensial," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat mengunjungi lokasi serangan rudal di kota pesisir Bat Yam pada hari Minggu. "Iran akan membayar harga yang sangat mahal karena dengan sengaja membunuh warga negara kami, wanita, dan anak-anak." Menteri pertahanannya menyatakan bahwa "rezim di Teheran" kini menjadi target.
Militer Israel mengatakan pihaknya menyerang situs militer di berbagai wilayah Iran dan menewaskan kepala intelijen serta beberapa pejabat penting dari Korps Garda Revolusi Islam.
Aksi saling serang ini mempengaruhi pasar keuangan, dengan indeks saham di Arab Saudi, Mesir, dan Qatar mengalami penurunan pada Minggu. Nilai tukar pound Mesir melemah sekitar 1,8% hingga melampaui 50 per dolar dalam perdagangan lokal. Indeks saham Israel justru menguat, dipimpin oleh saham perusahaan pertahanan Elbit Systems Ltd.
Kehati-hatian investor juga terlihat saat perdagangan dibuka kembali pada Senin di Asia, meski pergerakan harga di luar sektor energi relatif terbatas.
Harga minyak mentah Brent melanjutkan kenaikannya sejak akhir pekan lalu, naik hingga 5,5% di perdagangan Asia pada Senin sebelum akhirnya terkoreksi tipis. Minyak West Texas Intermediate berada di kisaran US$74. Saham di Asia menguat seiring pergeseran fokus investor ke berita domestik setelah akhir pekan yang didominasi oleh konflik yang memanas di Timur Tengah.
Kekhawatiran mengenai Energi
Iran melaporkan adanya ledakan di salah satu pabrik gas alam yang terhubung dengan ladang raksasa South Pars pada Sabtu. Meski Iran mengekspor gas dalam jumlah kecil dan Israel tampaknya belum menyerang ladang minyak atau fasilitas pengiriman minyak mentahnya, insiden ini tetap berpotensi mendorong kenaikan harga energi global yang sudah melonjak sejak Jumat.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa beberapa serangan terhadap fasilitas konversi uranium di Isfahan, selatan Teheran, menyebabkan kerusakan serius.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa “kami tidak akan lagi bekerja sama dengan badan ini seperti sebelumnya.”
Menurut kantor berita Fars, sebuah komite parlemen utama menyatakan bahwa Teheran sebaiknya tidak lagi terikat pada Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), perjanjian pengendalian senjata yang mewajibkan inspeksi dari badan internasional.
Namun, hingga kini belum jelas apakah pemerintah Iran akan mengambil langkah tersebut.
Konflik Terburuk
Israel dan Iran selama ini terlibat dalam perang bayangan. Israel dituduh melakukan serangan siber dan pembunuhan terhadap ilmuwan Iran, sementara Teheran mendanai milisi anti-Israel di Timur Tengah.
Ketegangan memuncak setelah Hamas, kelompok Palestina yang didukung Iran, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Hal itu memicu saling serang rudal dan drone antara Israel dan Iran dua kali tahun lalu.
Namun, konflik kali ini menjadi yang paling serius. Diawali dengan Israel yang menyerang situs nuklir dan militer Iran menggunakan jet dan drone, serta menewaskan sejumlah komandan tinggi dan ilmuwan atom.
Israel menyatakan bahwa mereka bertujuan menghentikan Iran dalam membangun bom nuklir, yang dipandang sebagai ancaman eksistensial. Teheran menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Serangan udara Israel telah mendominasi Iran, termasuk di ibu kota Iran, Teheran.
Militer Israel pada Minggu meminta warga Iran untuk “segera mengungsi” dari area sekitar fasilitas produksi senjata dan “tidak kembali sampai pemberitahuan lebih lanjut.”
Netanyahu menyatakan bahwa militernya akan “menyerang setiap lokasi dan target rezim Ayatollah,” sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan Israel akan “membayar harga yang sangat mahal.”
Konflik ini mengguncang pasar global pekan lalu, dengan investor memburu aset safe haven seperti emas.
Iran membatalkan pembicaraan nuklir dengan AS yang dijadwalkan di Oman pada Minggu. Pada hari yang sama, Trump menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan Israel dan menyatakan bahwa dirinya masih bisa mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran.
Trump dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin negara-negara G7 di Kanada, dan konflik ini akan menjadi salah satu pembahasan utama. Israel menyerukan dukungan dari Washington dan negara-negara Eropa untuk menyerang Iran, dengan alasan bantuan diperlukan guna menghentikan pengembangan senjata nuklir Teheran.
Meski AS telah membantu pertahanan Israel dengan mencegat rudal dan drone, Trump belum mengindikasikan apakah AS akan bergabung dalam serangan ke Iran.
Menurut sejumlah analis Barat, meski Israel sudah merusak sejumlah fasilitas atom Iran, mereka tetap memerlukan bantuan AS untuk menghancurkan beberapa fasilitas penting yang terletak jauh di bawah tanah.
Para pemimpin Timur Tengah dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kekhawatiran bahwa konflik ini bisa lepas kendali. Mereka mendesak kedua belah pihak segera meredakan situasi.
Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul, berbicara kepada penyiar lokal ARD, mendorong negara-negara regional untuk berdialog dengan Iran, sementara Berlin terus menjalin komunikasi dengan Israel.
Jerman, Prancis, dan Inggris, katanya dari Qatar, siap bernegosiasi dengan Iran terkait program nuklirnya.
Belum jelas apakah Teheran akan mempertimbangkan opsi ekstrem seperti menyerang kapal tanker di Selat Hormuz, jalur penting yang dilalui sekitar seperlima pengiriman minyak dunia.
Langkah seperti itu bisa memicu keterlibatan militer AS, kekuatan militer terbesar dunia, ke dalam konflik, sesuatu yang mungkin tidak sanggup dihadapi Teheran, menurut analis Bloomberg Economics. Hal ini sebagian disebabkan oleh kondisi ekonomi Iran yang sudah lemah, dengan inflasi hampir 40% dan ketidakpuasan publik yang tinggi terhadap pemerintah.
(bbn)