Logo Bloomberg Technoz

Namun, kendati mencetak kinerja mingguan merah, pergerakan rupiah sepekan ini bisa dibilang cenderung menguat dan lebih stabil. Rata-rata pergerakan rupiah selama sepekan ini di kisaran Rp16.266/US$, masih lebih baik dibanding pekan sebelumnya di kisaran Rp16.276/US$. Menghitung kinerja selama Juni, rupiah juga relatif stabil dengan pelemahan tipis 0,03% month-to-date, setelah pada Mei mencetak penguatan bulanan 1,91%.

Relatif stabil rupiah sepertinya didukung selera berinvestasi pemodal yang masih kuat di pasar surat utang negara. Selama dua hari pertama pekan pendek ini, asing membukukan belanja di SUN senilai Rp1,76 triliun, seperti ditunjukkan data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Kepemilikan asing di SUN kini menyentuh level Rp929,95 triliun per 11 Juni, tertinggi sejak 4 November 2021 silam.

Adapun di pasar saham, investor asing juga masih mencetak net buy selama pekan ini sampai data perdagangan Kamis, senilai US 50,9 juta, sekitar Rp829,41 miliar.

Peluang BI rate turun

Pekan ini menjadi pekan terakhir sebelum pertemuan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan digelar pada Selasa dan Rabu minggu depan.

Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sampai Jumat sore ini memperkirakan, BI rate akan ditahan oleh Gubernur Perry Warjiyo dan kolega Dewan Gubernur, di level saat ini 5,50%.

Namun, konsensus itu tidak bulat. Dari 27 institusi/ekonom yang disurvei, sebanyak delapan di antaranya memperkirakan BI mungkin akan memanfaatkan peluang stabilnya rupiah untuk memangkas suku bunga acuan lagi sebesar 25 basis poin.

Spekulasi pemangkasan BI rate memang sempat menguat di pasar surat utang pekan ini. Yield SUN 10 tahun bahkan menyentuh level terendah sejak November lalu.

Akan tetapi perkembangan terakhir konflik geopolitik di Timur Tengah yang memberikan penguatan lagi pada dolar AS sebagai salah satu safe haven, mungkin akan membuat BI berpikir ulang.

Di sisi lain, sinyal kelesuan konsumsi domestik makin tak terbantah menyusul keyakinan konsumen yang amblas ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun, dengan daya beli kelas menengah tergerus dalam. Inflasi Mei juga rendah di 1,60%, dengan inflasi inti turun sedikit menjadi 2,40%.

Ekspektasi inflasi juga masih rendah sampai akhir tahun nanti seperti ditunjukkan oleh hasil Survei Penjualan Eceran yang dirilis hari ini.

Dalam pernyataannya ketika mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perekonomian RI membutuhkan upaya penguatan serta suku bunga yang lebih rendah ke depan.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini diturunkan oleh Bank Indonesia dari kisaran 4,7%-5,5% menjadi 4,6%-5,4%. Kredit perbankan juga dipangkas turun proyeksinya dari 11%-13% menjadi hanya berkisar 8%-11% pada tahun ini.

Penurunan BI rate menjadi bagian dari upaya menstimulasi perekonomian domestik agar tak semakin melemah.

Beberapa indikator ekonomi pada kuartal II ini, menurut Perry, menunjukkan kebutuhan dukungan kebijakan yang lebih akomodatif. 

"Ke depan, BI akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasaran, menjaga stabilitas rupiah sesuai fundamental serta mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik," kata Gubernur Perry.

Dalam pernyataan terakhir ketika mengumumkan keputusan RDG bulan April lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, 

(rui)

No more pages