Mihir Mishra, Danny Lee, Siddharth Philip, dan Allyson Versprille - Bloomberg News
Bloomberg, Pesawat Air India yang menuju London mengalami kecelakaan pada Kamis (12/6/2025). Seluruh penumpang pesawat Boeing Co Dreamliner dari total 242 orang tewas, kecuali satu. Insiden ini menjadi kecelakaan penerbangan paling mematikan dalam lebih dari satu dekade.
Maskapai penerbangan tersebut mengonfirmasi bahwa 241 penumpang dalam penerbangan menuju London meninggal dunia. Satu-satunya korban selamat sedang dirawat di rumah sakit.
Para pejabat sebelumnya mengatakan petugas tanggap darurat menemukan lebih dari 200 jenazah di lokasi kecelakaan. Saat itu, mereka tidak merinci berapa banyak yang merupakan penumpang, awak pesawat atau penduduk setempat. Mereka mengatakan jumlah korban tewas bisa bertambah saat tim penyelamat menyisir puing-puing pesawat.
Amit Shah, Menteri Dalam Negeri India, mengatakan kepada wartawan bahwa jumlah korban tewas resmi akan diumumkan setelah verifikasi DNA.
Penerbangan AI171 membawa 12 awak pesawat dan 230 penumpang, sebagian besar merupakan warga negara India dan Inggris, saat jatuh tak lama setelah lepas landas dari Kota Ahmedabad di barat India.
Pesawat tersebut mulai turun perlahan tak lama setelah lepas landas, dengan roda pendaratan masih terentang, sebelum meledak menjadi bola api raksasa saat menghantam tanah.
Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan gumpalan asap tebal di lokasi kecelakaan. Pesawat itu jatuh, menghantam ruang makan sekolah kedokteran saat para mahasiswa sedang makan siang.
Ekor pesawat terlihat terjepit di dalam bangunan saat petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke puing-puing yang menghitam.
"Kami menemukan 204 jenazah, kami masih mencari jenazah lainnya," kata Komisaris Polisi Ahmedabad G.S. Malik kepada Bloomberg. "Ada kemungkinan, ada yang selamat. 41 korban luka sedang dirawat. Ini termasuk orang-orang yang tinggal di daerah permukiman."
Setelah kecelakaan, Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel di Ahmedabad menangguhkan penerbangan. Bandara Gatwick, bandara terbesar kedua di London, mengatakan pesawat itu dijadwalkan mendarat di ibu kota Inggris pada pukul 18.25. Bandara tersebut telah mendirikan pusat bantuan darurat bagi mereka yang terdampak kecelakaan.
Menurut data dari Flightradar24, pesawat bermesin ganda tersebut telah mencapai ketinggian 625 kaki (191 meter) dengan kecepatan 174 knot, atau sekitar 200 mil per jam.
Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India mengatakan pilot yang bertugas segera mengirimkan panggilan mayday kepada pengawas lalu lintas udara setelah lepas landas. Pesawat itu dikomandoi oleh Kapten Sumeet Sabharwal dan Kopilot Clive Kundar, yang masing-masing memiliki pengalaman terbang 8.200 jam dan 1.100 jam.
Menurut data pengatur lalu lintas udara, pesawat itu lepas landas dari Ahmedabad pada pukul 13.39 waktu setempat menggunakan landasan pacu 23. Setelah panggilan mayday awal, tidak ada respons dari kokpit terhadap panggilan selanjutnya yang dilakukan oleh pengatur lalu lintas udara di darat.

Kecelakaan ini memperpanjang serangkaian insiden serius dan fatal di industri penerbangan sipil tahun ini, termasuk tabrakan di udara di Washington pada awal 2025 antara helikopter militer dan pesawat terbang.
Air India tengah melakukan transformasi strategis yang mencakup pesanan pesawat dalam jumlah besar karena berupaya memanfaatkan permintaan yang terus meningkat dari kelas menengah India yang sedang berkembang.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan kecelakaan itu "sangat memilukan," menurut pernyataan resmi, seraya menambahkan bahwa ia telah berkomunikasi dengan menteri dan otoritas yang membantu operasi penyelamatan.
Menteri Penerbangan Sipil India, Ram Mohan Naidu Kinjarapu, mengatakan kepada wartawan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan yang adil dan menyeluruh. "Kami tidak akan membiarkan satu hal pun terlewat."
Kecelakaan pada Kamis menandai kerugian total pertama kali untuk pesawat 787, yang diperkenalkan Boeing lebih dari satu dekade lalu dengan bahan komposit ringan canggih yang meningkatkan efisiensi bahan bakar. Jet 787 merupakan sumber pendapatan utama bagi Boeing, di mana 1.148 pesawat tersebut beroperasi secara global.
Saham Boeing turun 4,8% di New York pada Kamis, penurunan terbesar di antara saham-saham di indeks S&P 500.
Kecelakaan ini terjadi beberapa hari sebelum konferensi tahunan terpenting industri penerbangan dimulai di luar Paris. Kecelakaan Air India akan menaungi pameran dagang yang biasanya didominasi oleh pesanan jet blockbuster, yang kini terkendala karena ketegangan perdagangan global.
CEO Boeing Kelly Ortberg dijadwalkan hadir dalam konferensi tersebut, meski belum ada informasi langsung apakah rencananya telah berubah.
Ortberg mengatakan dalam pernyataan yang diterbitkan pada Kamis bahwa ia telah berbicara dengan Pemimpin Air India N Chandrasekaran dan Boeing siap mendukung penyelidikan kecelakaan.
Scott Stocker, yang memimpin program Boeing 787, memberi tahu karyawan melalui memo yang dilihat Bloomberg bahwa perusahaan turut berduka bersama para penumpang, awak, petugas tanggap darurat, dan semua orang yang terdampak.
"Saat ini, hal terbaik yang dapat kami lakukan adalah fokus pada pekerjaan kami dan menghindari spekulasi," katanya dalam memo tersebut, seraya menambahkan, tim teknis Boeing membantu Air India dan para penyelidik global.
Di antara 242 orang di dalam pesawat, 169 adalah warga negara India, 53 warga negara Inggris, 1 warga negara Kanada, dan 7 warga negara Portugal, menurut Air India, yang mengatakan bahwa para korban luka dibawa ke rumah sakit terdekat.
Berdasarkan jumlah penumpang pesawat, ini akan menjadi kecelakaan pesawat komersial terburuk sejak Malaysia Airlines Penerbangan 17 pada 2014, yang ditembak jatuh di atas Ukraina dan menewaskan 298 orang, menurut Aviation Safety Network, yang melacak kecelakaan fatal itu.
Kecelakaan dengan skala serupa terakhir yang dialami Air India adalah Penerbangan 182 pada 1985. Pesawat Boeing 747 itu hancur akibat ledakan bom di atas Samudra Atlantik, menewaskan seluruh 329 orang di dalamnya.
Boeing terlibat dalam beberapa kecelakaan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua kecelakaan fatal dengan Lion Air Penerbangan 610 pada 29 Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302 pada 10 Maret 2019.
Awal tahun lalu, pesawat 737 Max yang hampir baru kehilangan panel pintu selama penerbangan. Meski tidak ada korban jiwa, kecelakaan itu menjerumuskan perusahaan ke dalam krisis yang dalam.

Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan pada Kamis, terdaftar sebagai Air India VT-ANB, berusia hampir 12 tahun. Pesawat itu ditenagai oleh dua mesin General Electric Co, GEnx. GE Aerospace mengatakan dalam unggahan di X bahwa mereka sedang membentuk tim tanggap darurat untuk pergi ke India guna membantu penyelidikan.
Perakitan awal Air India Dreamliner dimulai pada Agustus 2010, menurut blog All Things 787 yang memantau produksi Boeing saat itu. Jet itu dikirim lebih dari tiga tahun kemudian, keterlambatan yang umum terjadi pada Dreamliner yang membutuhkan modifikasi ekstensif.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apa yang terjadi, meski tampaknya ini bukan masalah manufaktur atau desain mengingat usia dan riwayat penggunaan pesawat," tulis analis Citi, Jason Gursky dalam catatan klien. "Saham kemungkinan akan turun hingga kita mengetahui lebih lanjut."
Menteri Transportasi AS Sean Duffy mengatakan departemennya mengirim tim personel Badan Penerbangan Federal (FAA) dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) untuk membantu penyelidikan yang dipimpin oleh pemerintah India.
Pejabat keselamatan penerbangan AS biasanya memberikan dukungan dalam penyelidikan kecelakaan yang melibatkan pesawat buatan Amerika.
Menurut data dari konsultan penerbangan Cirium, Air India mengoperasikan 34 pesawat Boeing 787. Usia pesawat berkisar antara lebih dari 2 tahun hingga hampir 14, di mana sebagian besar berusia lebih dari satu dekade.
Secara keseluruhan, maskapai ini memiliki 192 pesawat jet Boeing dan Airbus SE sebagai armadanya. Pada 2023, Tata Group menandatangani pesanan sebanyak 470 pesawat untuk mengganti model lama yang mereka warisi dengan pesawat baru dan mempersiapkan maskapai untuk berkembang.
Tata Group akan membayar kompensasi 10 juta rupee (US$116.830) kepada keluarga setiap korban jiwa akibat kecelakaan itu, menurut unggahan di X yang mengutip Chandrasekaran, pemimpin Tata Sons, perusahaan induk grup tersebut.
Berdasarkan aturan internasional untuk investigasi kecelakaan penerbangan—yang dikenal sebagai Annex 13—penyelidikan dipimpin oleh otoritas keselamatan penerbangan di negara tempat kecelakaan terjadi, dengan bantuan dari negara lain. Para investigator biasanya menerbitkan laporan awal dalam beberapa minggu. Laporan akhir, yang mencakup rekomendasi keselamatan, kemudian dirilis satu atau dua tahun kemudian.
(bbn)