Logo Bloomberg Technoz

Raja Ampat memiliki sejarah panjang yang berakar dari mitos dan kisah-kisah rakyat setempat. Menurut masyarakat Kawe dan Wawiyai, sebelum tokoh legendaris Gurabesi muncul, wilayah ini sudah dihuni oleh para bangsawan lokal yang memerintah sebagai raja—disebut fun—di berbagai pulau besar seperti Waigeo, Salawati, dan Misool.

Mereka awalnya hidup bersama, namun karena konflik, akhirnya berpisah dan memimpin wilayah masing-masing. Dalam salah satu kisah, saudari mereka, Pin Take, dibuang ke laut dan kemudian melahirkan seorang anak bernama Kurabesi setelah bertemu tokoh mitos Manar Maker di Pulau Numfor.

Ketika dewasa, Kurabesi kembali ke tanah asalnya dan membantu pamannya, fun Giwar, serta Raja Tidore dalam pertempuran melawan Ternate. Sebagai imbalan, ia dinikahkan dengan putri Sultan Tidore, Boki Taiba, dan menetap di Waigeo.

Dalam versi lain yang ditulis oleh F.C. Kamma, Gurabesi—yang juga dikenal sebagai Sekfamneri—menjadi tokoh penting yang menghentikan ekspansi orang Sawai dari Halmahera dan memperluas pengaruhnya ke berbagai wilayah Maluku, termasuk Seram dan Halmahera. Atas jasanya dalam membantu Kesultanan Tidore, ia diangkat menjadi raja di Raja Ampat dan membayar upeti kepada Tidore setiap musim angin timur.

Kisah legendaris ini juga mengisahkan tentang telur-telur yang ditemukan Gurabesi dan istrinya di Kali Raja, yang menetaskan empat pangeran pendiri kerajaan-kerajaan utama Raja Ampat.

Seiring waktu, wilayah ini berkembang dengan sistem kerajaan yang berlandaskan adat dan budaya Maluku, serta berada dalam pengaruh Kesultanan Tidore. Setelah Tidore takluk kepada Belanda, Raja Ampat pun masuk ke dalam wilayah administrasi Hindia Belanda, hingga akhirnya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan etnis, penduduk Raja Ampat kebanyakan merupakan anggota suku Ma'ya, suku Amber, suku Moi, suku Efpan dan suku Biak yang merupakan pendatang diperkirakan sebelum abad ke-15.

Bentang Alam & Ekosistem

Perairan Kepulauan Raja Ampat sendiri memiliki sebaran 574 spesies terumbu karang dan 553 jenis ikan karang (bullseye) dan diketahui sebagai kawasan laut terkaya dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Bahkan Pada 24 Mei 2023, UNESCO menetapkan Raja Ampat sebagai UNESCO Global Geopark, penghargaan atas kekayaan geologi (batuan tertua Silur-Devon berusia 443–359 juta tahun), keanekaragaman hayati laut/darat, serta warisan budaya seperti lukisan prasejarah di goa karst.

Geopark ini dikenal sebagai 'The Emerald Karst in the Equator' karena lanskap karstnya yang unik di garis khatulistiwa.

Laut & Karang

Sebagaimana diketahui, Raja Ampat sangat terkenal dengan keanekaragaman biota laut tertinggi di dunia, atau membentuk kawasan bagian dari Coral Triangle.

Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, terdapat lebih dari 600–700 jenis moluska, 550+ jenis karang keras, dan sekitar 1.400–1.500 spesies ikan karang.

Selain itu, terdapat Harta laut lainnya termasuk penyu, hiu, pari manta, paus, dan lumba‑lumba. UNESCO menyebut lokasi laut Kepulauan Raja Ampat sebagai 'species factory atau sumber utama bagi populasi karang dan ikan global.

Hutan Hujan

Tak hanya menawarkan keindahaan laut, hutan hujan tropis Raja Ampat juga turut diklaim menjadi rumah bagi berbagai fauna darat, termasuk burung cenderawasih seperti red bird-of-paradise atau Cenderawasih Merah dan Cenderasih Botak (Wilson's bird-of-paradise).

Dengan keindahannya, wajar bila lokasi ini menjadi destinasi wisata favorit para wisatawan yang ingin mengalami petualangan dan eksplorasi di bawah permukaan laut yang indah.

(lav)

No more pages