“Kita juga tidak mau compete dengan industri nasional,” tuturnya.
Inalum sendiri melakukan investasi langsung pada rantai pasok hilirisasi bijih nikel menjadi baterai listrik lewat kepemilikan saham di Indonesia Battery Corporation (IBC).
Inalum memegang 26,7% saham IBC, sisanya PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menghimpit porsi 26,7%, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dengan porsi 19,9%, serta PT Pertamina New & Renewable Energy dengan bagian 26,7%.
Sementara itu, IBC saat ini telah berkongsi dengan konsorsium Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dan konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt Co untuk pengembangan baterai listrik di dalam negeri.
Adapun, konsorsium CATL bakal memulai peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk investasi di sisi smelter HPAL, pabrik katoda, hingga sel baterai di Halmahera Timur, Maluku Utara.
“Juni 2025 itu peresmian, groundbreaking, memulai pabrik dibangun untuk ekosistem yang terintegrasi di satu tempat; dari smelter, HPAL, pabrik katoda, hingga sel baterai,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ditemui usai membuka agenda Human Capital Summit 2025, Selasa (3/6/2025).
Investasi CATL itu menjadi bagian dari Proyek Dragon. Raksasa baterai China itu masuk lewat konsorsium Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend. Dua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai.
IBC bersama dengan konsorsium CBL telah menandatangani sejumlah usaha patungan atau joint venture (JV) pada beberapa tahap bisnis baterai EV itu dari sisi hulu atau upstream tambang, antara atau midstream, sampai hilir atau downstream berupa pabrik sel baterai.
Di sisi hulu, terbentuk 3 usaha patungan di antaranya PT Sumber Daya Arindo (SDA), yang mengelola tambang nikel. Antam memegang 51% saham sementara sisanya dipegang afiliasi CBL, Hongkong CBL Limited (HKCBL).
Selanjutnya, usaha patungan di sisi rotary kiln electric furnace (RKEF) dan kawasan industri lewat PT Feni Haltim (PFT), dengan porsi saham Antam 40%.
Sementara itu, Antam memegang saham 30% untuk usaha patungan pabrik hidrometalurgi atau high pressure acid leach (HPAL).
Adapun, usaha patungan lainnya dikerjakan IBC bersama dengan CBL meliputi bahan baku baterai, perakitan sel baterai hingga daur ulang.
IBC cenderung memiliki saham minoritas pada lini kerja sama midstream sampai hilir ini. IBC memegang saham 30% untuk proyek pengolahan bahan baku baterai dan perakitan sel baterai. Sementara itu, IBC mendapat bagian 40% saham untuk usaha patungan di sisi daur ulang baterai.
(naw)

































