Selain itu, Inalum turut mematangkan keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID) untuk proyek ekspansi smelter atau brownfield di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Proyek brownfield ini diperkirakan ikut menambah kapasitas produksi Inalum mencapai 600.000 ton per tahun.
Dengan demikian, menurut hitung-hitungan Inalum, kapasitas produksi aluminium perseroan sampai 2030 mendatang bisa mencapai 1,5 juta ton setiap tahunnya.
Adapun, kapasitas produksi aluminium Inalum dari smelter eksisting saat ini berada di level 250.000 ton per tahun, yang berasal dari produk aluminium ingot sebesar 130.000 ton per tahun, billet 30.000 ton per tahun dan alloy sebesar 90.000 ton per tahun.
“Sekarang kita ngejar [kapasitas] 1 juta ton dulu. Nah, 900 juta ton ini karena listrik yang di Kuala Tanjung itu enggak signifikan, jadi kita kalau bangun yang baru itu perlu 1 gigawatt atau 1.000 megawatt,” ujarnya.
Di sisi lain, dia menambahkan, ekspansi smelter aluminium di Mempawah itu bakal didukung pembangkit listrik yang relatif beragam dengan ongkos yang relatif kompetitif.
Misalkan, dia mencontohkan, sumber batu bara dan pembangkit nuklir yang rencanannya akan dibangun di kawasan Kalimantan Barat.
“Kita mintanya supaya bukan kita yang bangun pembangkitnya, ada IPP (pengembang swasta) yang bangun, terus kita beli listriknya,” tuturnya.
Seiring dengan rencana ekspansi kapasitas produksi itu, Inalum belakangan berhasil mencatatkan kinerja operasional dan keuangan yang relatif positif secara tahunan.
Perusahaan pelat merah yang mengurusi bisnis aluminium itu mencatat laba bersih sebesar US$173,29 juta sepanjang 2024. Posisi laba bersih itu lompat 99% dari pencatatan 2023 di angka US$86,80 juta.
Adapun, Inalum membukukan pendapatan sebesar US$715,99 juta sepanjang tahun lalu, naik 9% jika dibandingkan dengan torehan sepanjang 2023 di angka US$544,75 juta.
Lonjakan laba dan pendapatan Inalum sepanjang tahun lalu didorong kenaikan rata-rata harga penjualan atau average selling price di pasar.
Total penjualan aluminium Inalum sepanjang 2024 mencapai 276.381 ton.
Angka itu menjadi rekor tertinggi sejak 2013, kala itu penjualan aluminium perseroan menyentuh level 260.651 ton.
(naw)































