Untuk truk yang lebih besar, peningkatannya bahkan lebih nyata, dengan penjualan meningkat tiga kali lipat menjadi 15% dari total.
Permintaan solar terancam di dua sisi, karena gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) telah merambah sebagai bahan bakar truk dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai importir minyak terbesar di dunia, pergeseran besar di sektor transportasi China menciptakan gelombang di pasar energi global. Ancaman terhadap solar sangat nyata.
Lebih dari 70% konsumsi bahan bakar di China terikat pada angkutan jalan atau kendaraan yang bekerja di tambang dan lokasi konstruksi, menurut Amy Sun, seorang analis di GL Consulting.
Pemerintah pusat China memimpin upaya pemberian insentif untuk beralih dari bahan bakar fosil, dengan keringanan pajak atas penjualan kendaraan listrik yang mencakup truk.
Sementara itu, pemerintah daerah sibuk mencoba meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui program tukar tambah yang juga memberi penghargaan atas penjualan kendaraan listrik.
Permintaan riil untuk solar di China, yang mencakup produksi dan impor, turun 8,4% secara year on year (yoy) pada April 20025 menjadi 3,78 juta barel per hari (bph).
Konsumsi solar diproyeksikan turun 26% pada akhir dekade ini dari level tahun lalu, menurut pengarahan oleh Sun di GL Consulting pekan lalu.
Saat ini, truk listrik sebagian besar digunakan untuk jarak pendek atau di lokasi tunggal seperti pelabuhan dan tambang, katanya.
Namun, hal itu akan berubah seiring baterai menjadi lebih tahan lama dan lebih banyak stasiun pengisian daya dibangun.
Truk listrik dapat melonjak hingga 50% dari penjualan baru dalam tiga tahun ke depan, kata Robin Zeng, ketua perusahaan penyimpanan energi raksasa Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL).
Zeng membuat ramalannya bulan lalu saat perusahaan tersebut meluncurkan baterai baru untuk truk tugas berat.
(bbn)

































