Logo Bloomberg Technoz

Amblesnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps. Berikut diantaranya berdasarkan data Bloomberg, Senin (2/6/2025).

  1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 10,82 poin
  2. Bank Central Asia (BBCA) menekan 19,64 poin
  3. Bank Mandiri (BMRI) menekan 17,98 poin
  4. Barito Renewables Energy (BREN) menekan 6,78 poin
  5. Bank Negara Indonesia (BBNI) menekan 8,11 poin
  6. Telkom Indonesia (TLKM) menekan 9,31 poin
  7. Chandra Asri Pacific (TPIA) menekan 5,76 poin
  8. Astra International (ASII) menekan 3,57 poin
  9. Barito Pacific (BRPT) menekan 2,51 poin
  10. GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 2,51 poin

Melemahnya IHSG siang hari ini tergencet data makroekonomi yang dirilis hari ini, termasuk inflasi April, dan neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statistik.

RI Terjadi Deflasi 0,37% pada Mei 2025

Badan Pusat Statistik melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2025 mengalami deflasi 0,37% atau lebih dalam dibanding penilaian konsensus yang sebesar 0,17%. 

BPS menyebut, RI menderitas deflasi imbas terjadinya penurunan IHK dari sebelumnya 108,47 pada April 2025 menjadi 108,07 pada Mei 2025.

Secara tahunan, terjadi inflasi 1,6% dan secara tahun berjalan inflasi 1,19%. Dengan itu, tingkat inflasi Mei lebih dalam dibandingkan Mei 2024.

Sebelumnya, Indonesia memang diprediksi akan mengalami deflasi secara bulanan pada bulan Mei kali ini. Secara tahunan, laju inflasi pun melambat.

Konsensus Bloomberg yang melibatkan 12 Ekonom/Analis menghasilkan median proyeksi deflasi 0,17% akan terjadi pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Prediksi tersebut juga sudah jauh lebih rendah ketimbang April di mana terjadi inflasi 1,17% mtm.

Surplus Neraca Perdagangan April ke Titik Terendah 5 Tahun

Di samping sentimen kurang positif dari data inflasi, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April juga turun tajam dibanding bulan sebelumnya di mana nilai surplus sempat mencapai US$ 4,32 miliar.

Adapun nilai surplus dagang RI pada April tercatat hanya US$ 160 juta, jauh di bawah perkiraan pasar yang memprediksi masih akan ada surplus mencapai US$ 2,8 miliar.

Melihat data ke belakang, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 adalah yang terendah dalam lima tahun. Pada April 2020 silam, kala dunia terhentak pandemi Covid-19, neraca perdagangan RI defisit hingga US$ 375 juta.

Mencermati lebih jauh, lonjakan impor pada bulan April mengikis nilai surplus dagang Indonesia ketika laju ekspor pada saat yang sama bertahan stabil.

Kinerja nilai ekspor Indonesia pada April 2025 tercatat sebesar US$ 20,74 miliar, atau meningkat 5,76% dibandingkan April 2024.

Sementara kinerja impor pada April tercatat menyentuh US$ 20,59 miliar, ada kenaikan mencapai 21,84% dibandingkan April 2024. Demikian juga dengan impor non–migas melesat 29,86% menjadi US$ 18,07 miliar.

Semua impor menurut jenis penggunaan pada April 2025, menurut BPS, mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi untuk semua golongan penggunaan barang secara tahunan.

Secara tahunan, Pemerintah melihat nilai impor barang konsumsi menguat 18,46%, sementara itu, bahan baku penolong mencapai 72,73% dari total impor April 2025 ini mengalami kenaikan 18,93% dengan andil 14,10%

(fad)

No more pages