Saham Woodside sempat melonjak hingga 4,6% di bursa Sydney usai pengumuman tersebut. Perpanjangan izin ini membuka jalan bagi Woodside untuk melanjutkan proyek Browse, megaproyek miliaran dolar yang bertujuan mengalirkan gas dari cadangan lepas pantai ke fasilitas North West Shelf.
Kapasitas kilang ini cukup besar untuk memenuhi kebutuhan LNG satu negara importir menengah seperti Spanyol.
Keputusan ini muncul tak lama setelah Perdana Menteri Anthony Albanese dan Partai Buruh kembali menang telak dalam pemilu awal bulan ini.
Kemenangan tersebut dipandang sebagai perhatian masyarakat untuk mempercepat transisi energi bersih dan memperbaiki citra Australia sebagai negara yang lamban dalam menangani krisis iklim.
Namun, North West Shelf juga dikenal sebagai salah satu penyumbang emisi terbesar di Australia. Selama 50 tahun masa operasinya, emisi dari fasilitas ini—termasuk emisi dari pembakaran gas di luar negeri—diperkirakan bisa mencapai sepuluh kali lipat dari total emisi tahunan Australia saat ini.
Di sisi lain, sejumlah lembaga lingkungan seperti Climate Council dan Greenpeace tegas menolak rencana perpanjangan ini. Aksi protes terhadap Woodside makin gencar, termasuk upaya pembubaran rapat umum pemegang saham bulan lalu dengan meniup peluit sebagai bentuk penolakan.
“Fasilitas North West Shelf merupakan salah satu proyek bahan bakar fosil paling kotor dan paling mencemari di Australia,” ujar David Ritter, Kepala Greenpeace untuk kawasan Asia Pasifik.
“Persetujuan ini hanya akan membawa proyek gas beracun Woodside semakin dekat ke Scott Reef, menghambat transisi energi bersih di Australia Barat, dan memperparah dampak iklim baik secara lokal maupun global.”
Watt menyatakan dalam keputusan ini, dia tidak mempertimbangkan faktor perubahan iklim karena emisi karbon diatur melalui mekanisme pengamanan emisi atau safeguard mechanism yang berlaku secara nasional.
Namun, dia mempertimbangkan dampak proyek terhadap salah satu situs seni cadas terbesar di dunia—yang terdiri dari sekitar dua juta petroglif berusia hingga 50.000 tahun.
Pekan lalu, pemerintah Australia Barat merilis laporan yang telah lama dinanti terkait dengan dampak industri terhadap situs seni cadas di dekat North West Shelf.
Laporan tersebut menemukan adanya peningkatan porositas batu akibat emisi industri, namun belum terdapat bukti kuat bahwa hujan asam telah merusak karya seni tersebut.
Watt menegaskan bahwa izin ini akan disertai dengan “persyaratan ketat,” terutama terkait emisi dari perluasan fasilitas gas di daratan Karratha, demi memastikan perlindungan yang memadai terhadap warisan seni cadas tersebut.
Langkah ini menjadi dukungan terbesar pemerintah terhadap strategi energi “Future Gas Strategy”, yang menempatkan gas sebagai bagian penting dari perekonomian Australia hingga tahun 2050 dan seterusnya.
Namun, kebijakan ini berpotensi mengganggu diplomasi iklim Australia yang tengah berupaya menjadi tuan rumah KTT iklim PBB COP31 bersama negara-negara Pasifik tahun depan.
Meskipun sebagian besar gas dari North West Shelf diekspor dalam bentuk LNG ke negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan China, fasilitas ini juga memasok lebih dari 10% kebutuhan energi Australia Barat.
(bbn)































