Namun, seorang pejabat Israel menepis usulan tersebut, dengan mengatakan bahwa tidak ada pemerintahan yang bertanggung jawab yang bisa menerima kesepakatan seperti itu. Ia juga menolak klaim bahwa proposal itu merupakan usulan Witkoff.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kemudian mengatakan dalam sebuah pesan video yang diunggah di media sosial bahwa ia "sangat berharap" bisa menyampaikan perkembangan terkait perjuangan Israel melawan Hamas dan pembebasan para sandera. “Hari ini, dan jika tidak hari ini, maka besok,” ujarnya.
Kantor Netanyahu belum memberikan komentar terkait isi video tersebut saat diminta konfirmasi.
Pada 18 Maret lalu, Israel secara efektif mengakhiri perjanjian gencatan senjata yang tercapai pada Januari dan melanjutkan serangan militer ke Gaza. Dua hari setelahnya, Hamas dan kelompok sekutunya kembali meluncurkan roket dan melakukan serangan.
Hamas menyatakan bersedia membebaskan seluruh sandera yang tersisa—yang ditangkap dalam serangan di Israel selatan pada 7 Oktober 2023—dan menyetujui gencatan senjata permanen, dengan syarat Israel sepenuhnya menarik pasukan dari Gaza.
Namun Netanyahu menegaskan bahwa Israel hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata sementara jika dibarengi dengan pembebasan para sandera. Ia bersikukuh bahwa perang baru akan berakhir jika Hamas benar-benar dilenyapkan.
Israel meluncurkan perang udara dan darat ke Gaza setelah serangan Hamas menewaskan 1.200 orang menurut data pemerintah Israel, dan menyandera 251 orang ke wilayah Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, konflik ini telah menewaskan hampir 54.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir tersebut. Lembaga kemanusiaan juga melaporkan adanya tanda-tanda malnutrisi parah yang semakin meluas.
(del)































