Logo Bloomberg Technoz

Bos Pertamina Soal Impor Migas AS: Berisiko, Butuh Payung Hukum

Redaksi
22 May 2025 15:35

Direktur Utama Pertamina Persero Simon Aloysius memberikan sambutan sekaligus pembukaan Satgas Ramadhan & Idul Fitri (RAFI) 2025 (Dok. Pertamina)
Direktur Utama Pertamina Persero Simon Aloysius memberikan sambutan sekaligus pembukaan Satgas Ramadhan & Idul Fitri (RAFI) 2025 (Dok. Pertamina)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyatakan perseroan membutuhkan kepastian regulasi dari pemerintah, sehubungan dengan kebijakan realokasi impor migas ke Amerika Serikat (AS).

Realokasi impor minyak mentah, bahan bakar minyak (BBM), dan gas minyak cair atau liquefied petroleum gas (LPG) ke AS tersebut merupakan bagian dari upaya negosiasi Indonesia untuk meredam dampak tarif resiprokal yang tengah digalakkan Presiden Donald Trump.

Dalam kaitan itu, Simon mengatakan Pertamina pada dasarnya mendukung upaya negosiasi pemerintah. Akan tetapi, terdapat sederet risiko yang harus dihadapi perseroan jika harus mengemban tugas impor migas lebih banyak dari Negeri Paman Sam.

Risiko utama adalah dari sisi jarak dan waktu pengiriman dari Amerika Serikat yang jauh lebih panjang yaitu sekitar 40 hari dibandingkan dengan sumber pasokan dari Timur Tengah ataupun negara Asia.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri

“Menindaklanjuti rencana peningkatan porsi impor migas dari AS ini tentu tidak lepas dari berbagai tantangan teknis dan risiko yang harus dipertimbangkan secara matang,” ujarnya saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (22/5/2025).

Tantangan dan risiko tersebut, lanjut Simon, mencakup aspek logistik, distribusi, serta kesiapan infrastruktur hingga aspek keekonomian untuk mitigasi risiko yang dapat mengganggu ketahanan energi nasional.