Adapun sebanyak 349 saham mengalami penguatan terbaiknya, dan ada 270 saham melemah. Sedangkan 190 saham tidak bergerak.
Selain IHSG, indeks lain yang melaju di jalur hijau adalah KOSPI (Korea Selatan), PSEI (Filipina), Hang Seng (Hong Kong), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SENSEX (India), CSI 300 (China), dan Shanghai Comp. (China) yang menguat masing-masing 0,91%, 0,63%, 0,62%, 0,60%, 0,48%, 0,47%, dan 0,21%.
Sementara itu di sisi berseberangan, SETI (Thailand), NIKKEI 225 (Tokyo), KLCI (Malaysia), dan TOPIX (Jepang), yang melemah dan tertekan masing-masing mencapai 0,82%, 0,61%, 0,26%, dan 0,22%.
Dengan pencapaian positif itu, IHSG mencatat kenaikan tertinggi kedua di Bursa Asia, dan tertinggi pertama di ASEAN, berdasarkan data Bloomberg, Rabu.
Penyebab IHSG Melesat
Sejumlah saham menjadi sebab IHSG melesat pada hari ini. Saham-saham barang baku, saham kesehatan, dan saham properti mencatatkan penguatan paling tinggi, dengan masing-masing melesat mencapai 2,29%, 1,50% dan 1,32%.
Adapun saham-saham barang baku yang jadi pendorong penguatan IHSG ialah, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melonjak 12,6% dan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga melesat 6,59%. Sama halnya, saham PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) juga lompat hingga 6,03%.
Sentimen yang melesatkan laju IHSG adalah Bank Indonesia yang mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur edisi Mei 2025. Sesuai perkiraan pasar, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk memangkas BI Rate.
Seperti diketahui, BI mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur periode Mei 2025. Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat memutuskan untuk memangkas BI Rate 25 basis poin menjadi 5,5%.
Keputusan ini merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG–BI) yang berlangsung pada Selasa dan Rabu, 20-21 Mei 2025.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan Bank Sentral juga menurunkan level suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga lending facility juga menurun menjadi 6,25%.
“Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali dalam saran 2,5% plus minus 1% dan upaya pertahankan nilai tukar rupiah sesuai fundamental yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” papar Perry dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Rabu.
Keputusan ini selaras dengan perkiraan pasar. Konsensus 35 Ekonom/Analis yang disurvei oleh Bloomberg menghasilkan median 5,5% untuk BI-Rate.
Namun, suara pasar tidak bulat, ada dissenting opinion. Sebanyak 13 Ekonom/Analis yang disurvei memperkirakan suku bunga acuan akan tetap bertahan di 5,75%.
Pemangkasan BI Rate pada pertemuan Mei menjadi yang kedua tahun ini setelah pada Januari lalu bunga acuan secara tak terduga digunting oleh Bank Indonesia, di luar prediksi pasar sebelumnya.
Sinyal pelemahan ekonomi dari dalam negeri yang kian terlihat menjadi faktor utama perlunya pelonggaran moneter di Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam paparannya ketika mengumumkan hasil RDG siang ini, mengatakan, pertumbuhan ekonomi dalam negeri perlu penguatan.
“Berdasarkan penilaian prospek itu, RDG BI pada 20-21 Mei 2025 memutuskan menurunkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%,” kata Perry.
(fad)


























