Sementara, realisasi belanja negara adalah Rp806,2 triliun hingga 30 April 2025. Angka ini merosot 5,1% (yoy) dibandingkan dengan Rp849,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp546,8 triliun atau turun 7,6% (yoy) dibandingkan dengan Rp591,7 triliun dan transfer ke daerah Rp259,4 triliun atau tumbuh 0,7% (yoy) dibandingkan dengan Rp257,5 triliun.
"Belanja negara terealisasi sebesar Rp806,2 triliun atau 22,3% dari target APBN. Hal ini menunjukkan di tengah masa transisi, APBN 2025 tetap berfungsi optimal dalam menujang pelaksanaan program prioritas yang sangat dirasakan oleh rakyat kita," ujarnya.
Dengan realisasi pendapatan dan belanja negara yang merosot secara tahunan, maka anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencatatkan surplus Rp4,3 triliun hingga April 2025. Bendahara Negara menggarisbawahi Kondisi ini berbanding terbalik dibandingkan tiga bulan sebelumnya, di mana APBN mencatatkan defisit.
"Realisasi APBN 2025 setelah mengalami defisit 3 bulan Januari hingga Maret berturut-turut, pada hingga April 2025 mengalami perubahan yakni surplus Rp4,3 trilun," ujarnya.
Selain itu, surplus keseimbangan primer Rp173,9 triliun, dan posisi kas negara surplus Rp283,6 triliun dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA).
"APBN akan tetap dijaga menjadi instumen shock absorber menjaga menjaga stabilitas ekonomi, melindungi masyarakat dan menopang daya beli masyarakat seta mendorong dunia usaha," ujarnya.
(lav)