Logo Bloomberg Technoz

Pejabat Eropa, yang meminta tak diungkap namanya karena membahas percakapan pribadi, mengatakan para pemimpin khawatir Trump akan menarik diri dari upaya diplomatik.

Pejabat lainnya mengatakan Trump sudah menegaskan ia tak ingin menjatuhkan sanksi lebih lanjut dan mundur dari usulannya sendiri untuk gencatan senjata. Pejabat itu menambahkan para pemimpin Kyiv dan negara lain di Eropa tidak setuju dengan rencana Trump agar Rusia dan Ukraina berunding secara langsung.

Vladimir Putin. (Dok: Bloomberg)

"Hari ini, rasanya kita kembali ke skenario jangka panjang, di mana Putin memberi dirinya dan militernya lebih banyak waktu," kata Kristine Berzina, Direktur Pelaksana Program Geostrategi Utara German Marshall Fund di Washington.

"Putin memenangkan lebih banyak peluang, serta gencatan senjata dan resolusi tampaknya semakin jauh."

Menambah kebingungan tentang sikap AS, Trump mengatakan AS tidak mundur dari penyelesaian konflik tersebut, tetapi sedang mempertimbangkan apakah akan melakukannya dan bahkan ada "batas tertentu," yang ia tolak untuk diutarakan, yang akan ia tinggalkan.

Trump juga tidak mengabaikan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia atau pengiriman senjata baru ke Ukraina, tetapi menjelaskan bahwa ia tidak ingin melakukan keduanya.

"Saya pikir sesuatu akan terjadi, dan jika tidak, saya akan mundur saja dan mereka harus terus berjalan," katanya di Gedung Putih, Senin (19/5/2025) malam. "Ini tugas Eropa. Seharusnya tetap menjadi tugas Eropa."

Apa Kata Bloomberg Economics...

"Terlepas dari deskripsi Presiden AS Donald Trump mengenai percakapan yang 'sangat baik' dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin, panggilan telepon tersebut tidak menghasilkan terobosan nyata bagi Ukraina."

"Masih belum jelas apakah ini menandakan perubahan nyata sikap Kremlin atau upaya berkelanjutan untuk menunda pembicaraan, sementara pasukan Rusia mencoba mencaplok lebih banyak wilayah di Ukraina: yang pertama lebih kecil kemungkinannya daripada yang kedua."

— Alex Kokcharov.

Hasil yang tidak jelas ini menambah tantangan politik Trump semakin besar. Ia berkampanye dengan janji-janji untuk segera membawa perdamaian ke Eropa dan Timur Tengah, serta memperbaiki dan menghidupkan kembali ekonomi Amerika melalui kebijakan tarif. Namun, kedua upaya tersebut terhambat oleh realitas geopolitik dan perdagangan yang kacau dan tak dapat diprediksi.

Pernyataan Trump pada Senin lebih ambivalen terhadap konflik tersebut, dan perannya untuk mengakhirinya, dibandingkan dengan pekan lalu, ketika dia mengatakan kepada wartawan, "tidak akan terjadi apa-apa sampai Putin dan saya bertemu."

Ia juga mengklaim AS "berkomitmen untuk mengamankan perdamaian antara Rusia dan Ukraina." Trump bahkan mengisyaratkan ia bersedia memutar jalur dari perjalanannya Timur Tengahnya ke Istanbul untuk bertemu Putin secara langsung.

Namun, Rusia mengirim delegasi tingkat rendah ke Turki dan Trump tidak hadir. Dalam pembicaraan tersebut, para pejabat Rusia dan Ukraina sepakat untuk bertukar tahanan, tetapi tidak membuat kemajuan lain dalam pembicaraan langsung pertama mereka sejak invasi besar-besaran Moskow pada Februari 2022.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang menyetujui tuntutan Trump untuk gencatan senjata segera, berbicara dengan pemimpin AS itu sebelum dan sesudah panggilan telepon dengan Putin.

Zelenskiy mengatakan Rusia harus menghadapi sanksi yang lebih kuat jika tidak menghentikan perang. Namun, Trump tampaknya tidak setuju, dan menyebut Zelenskiy "bukan orang yang paling mudah untuk diajak bicara."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Ruang Oval Gedung Putih (Fotografer: Jim Lo Scalzo/EPA/Bloomberg)

Putin mengatakan kepada para wartawan di Sochi bahwa panggilan telepon dengan Trump "jujur" dan "sangat berguna." Dia juga mengatakan keduanya sepakat Rusia akan menyusun nota kesepahaman dengan Ukraina untuk kemungkinan perjanjian damai di masa depan. Ia tidak memberikan rincian, tetapi menambahkan poin utama pembicaraannya: "Hal utama bagi kami adalah menghilangkan akar penyebab krisis ini."

Maria Snegovaya, peneliti senior untuk Rusia dan Eurasia di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan, dari sudut pandang Putin, hal ini mencakup "keberadaan negara Ukraina dalam bentuknya saat ini."

"Secara retoris, Rusia menampilkan dirinya terbuka untuk negosiasi dan secara terbuka menyambut baik upaya AS, untuk menghindari membuat pemerintah AS kesal," katanya. "Namun dalam praktiknya, Rusia tetap berpegang teguh pada sikap awalnya."

Dalam langkah tak terduga lainnya, Trump juga mengatakan Vatikan akan bersedia menjadi tuan rumah perundingan perdamaian. Saat ditanya di Gedung Putih apakah Paus Leo XIV yang baru dilantik bisa membantu membawa perdamaian ke Ukraina, Trump mengatakan: "Tentu saja." Dia memberikan jawaban yang sama saat ditanya apakah dia yakin Putin menginginkan perdamaian.

Direktur Senior Pusat Eurasia Dewan Atlantik dan mantan duta besar AS untuk Ukraina, John Herbst menilai AS memiliki pengaruh yang besar terhadap Rusia jika Trump siap menggunakannya.

Washington bisa "membuka jalur pipa untuk suplai militer yang substansial ke Ukraina," baik dalam bentuk bantuan maupun penjualan, serta menjatuhkan sanksi yang lebih keras.

Menjelang panggilan telepon pada Senin, Senator AS Lindsey Graham, sekutu Trump, menggalang dukungan untuk paket sanksi, yang mengisyaratkan kepada Putin dukungan bipartisan yang luas untuk menghukum Rusia.

Pemimpin Mayoritas John Thune mengatakan pada Senin bahwa Senat AS memiliki rancangan undang-undang sanksi Rusia yang "siap untuk diimplementasikan."

"Jika Gedung Putih menyimpulkan bahwa sanksi yang lebih keras diperlukan," katanya, "kami siap melakukannya."

(bbn)

No more pages