Wall Street Melonjak Usai AS-China Sepakat Turunkan Tarif
News
13 May 2025 05:07

Rita Nazareth - Bloomberg News
Bloomberg, Optimisme bahwa penurunan ketegangan dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menandai akhir dari perang tarif besar-besaran mendorong indeks S&P 500 naik lebih dari 3%. Kenaikan ini diiringi pelemahan aset-aset defensif seperti obligasi, emas, dan mata uang safe haven. Dolar AS tercatat menguat paling tajam sejak reli pasca-pemilu pada November lalu.
Meningkatnya minat terhadap aset berisiko serta meredanya kekhawatiran akan resesi mendorong indeks saham tersebut melewati level yang disebut Donald Trump sebagai “Hari Pembebasan” pada 2 April. Kenaikan besar saham-saham teknologi membuat Nasdaq 100 kembali masuk ke zona bull market, hanya sebulan setelah anjlok 20% dari rekor sebelumnya. Di tengah kemungkinan penyesuaian ulang ekspektasi inflasi, imbal hasil obligasi AS naik karena para pelaku pasar mengurangi prediksi mereka terhadap pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) menjadi hanya dua kali pada 2025.
Bagi investor besar yang sempat mengambil langkah defensif saat gejolak pasar di April, pemulihan cepat ini menjadi berkah sekaligus tantangan. Strategi populer seperti menjual dolar AS, membeli volatilitas saham, dan memasang taruhan pada pemangkasan suku bunga dalam jumlah besar, kini mengalami tekanan besar. Penutupan posisi-posisi tersebut kemungkinan ikut menyulut lonjakan pasar saat ini.
Setelah dua hari pembicaraan tingkat tinggi di Swiss, para negosiator dari dua ekonomi terbesar dunia pada Senin (12/5/2025) mengumumkan deeskalasi besar-besaran terhadap tarif perdagangan. Dalam pernyataan bersama yang telah dikoordinasikan, AS memangkas tarif produk-produk China dari 145% menjadi 30% untuk periode 90 hari, sementara Beijing menurunkan tarifnya menjadi 10% untuk sebagian besar produk.