Pada 18 April 2025, Airlangga mengatakan delegasi Indonesia telah melakukan berbagai pertemuan dengan sejumlah otoritas utama pemerintah AS Amerika Serikat, termasuk USTR dan Secretary of Commerce untuk membahas penyesuaian tarif perdagangan yang berdampak pada produk ekspor Indonesia.
Pada 23 April 2025, Airlangga bertemu dengan Presiden dan CEO dari United States-ASEAN Business Council (US-ABC) Ted Osius, bersamaan dengan acara Round Table Discussion US-ABC.
Dalam pertemuan tersebut, Pemerintah Indonesia menyampaikan upaya dan kebijakan yang sedang disiapkan untuk mendukung iklim investasi dan perdagangan yang lebih terbuka dan kompetitif, termasuk relaksasi kebijakan TKDN khususnya di sektor Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dan sektor kesehatan, fasilitasi perdagangan melalui penyederhanaan prosedur impor, bea cukai, serta penguatan kebijakan neraca komoditas agar lebih adaptif terhadap kebutuhan industri dan perdagangan internasional.
Pada 25 April 2025, Airlangga dan Sri Mulyani bertemu dengan Bessent. Dalam pertemuan tersebut, Airlangga menyampaikan posisi Indonesia posisi Indonesia dalam mengatasi defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia.
"Kami mendukung perdagangan yang fair and square. Indonesia akan meningkatkan pembelian pada berbagai komoditas utama seperti Minyak dan Gas, serta Produk-produk Pertanian,” kata Airlangga dalam siaran pers.
2. Indonesia Masuk ke Negara Awal yang Negosiasi
Dalam berbagai kesempatan, pemerintah acapkali menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling awal melakukan negosiasi.
Dalam sebuah taklimat media pada 25 April 2025, Sri Mulyani mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling awal melakukan negosiasi tentu memiliki keuntungan.
Sri Mulyani mengatakan karakter Presiden AS Donald Trump biasanya memberikan keuntungan kepada negara awal yang melakukan negosiasi. Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat atau Secretary of the Treasury Scott Bessent dalam pertemuan dengan Sri Mulyani.
Namun, Sri Mulyani menggarisbawahi keputusan pada akhirnya akan berada di Trump. Sehingga, seluruh jalur yang dilakukan untuk berkomunikasi dan menyampaikan berbagai proposal agar saling menguntungkan Indonesia dan AS menjadi penting.
"Itu yang tadi disampaikan Bessent, tetapi keputusan pada akhirnya akan ada di Presiden Donald Trump," ujar Sri Mulyani.
3. Tawaran Indonesia
Airlangga mengatakan Indonesia telah menyampaikan sejumlah tawaran kepada AS antara lain dengan meningkatkan pembelian energi, produk Pertanian, dan Engineering, Procurement, Construction (EPC), memberikan insentif dan fasilitas bagi perusahaan Amerika Serikat dan Indonesia, membuka dan mengoptimalkan kerja sama mineral kritis (critical mineral), memperlancar prosedur dan proses impor untuk produk Amerika Serikat, dan mendorong investasi strategis dengan skema business to business.
Indonesia juga menyampaikan pentingnya memperkuat kerja sama pendidikan, sains, ekonomi digital, dan financial services, penetapan tarif yang lebih rendah dari negara kompetitor untuk produk ekspor utama yang tidak akan bersaing dengan industri dalam negeri di Amerika Serikat seperti Garmen, Alas Kaki, Tekstil, Furnitur, dan Udang, serta juga menyampaikan pentingnya memastikan ketahanan rantai pasok dari produk strategis dalam menjaga economic security.
“Target negosiasi yang sedang berjalan ini yang penting Indonesia mendapatkan tarif yang lebih rendah dan tarif yang diberlakukan untuk Indonesia ini seimbang dengan negara-negara lain. Untuk target lainnya tentu kita lihat sesuai dengan pembahasan daripada tim negosiasi yang mungkin akan berlangsung satu, dua, atau tiga putaran,” ujar Airlangga dalam siaran pers.
Di sisi yang lain, Airlangga juga menyampaikan permintaan Indonesia untuk mendapatkan penurunan tarif ekspor dari Indonesia ke AS, khususnya terhadap ekspor 20 produk utama Indonesia, karena selama ini tarif impor Indonesia lebih tinggi dari beberapa negara kompetitor atau produsen barang sejenis dengan ekspor Indonesia ke AS.
Selain itu, Airlangga mengatakan tawaran Indonesia kepada AS untuk mewujudkan kerja sama perdagangan yang adil sepenuhnya mengacu kepada kepentingan nasional dan dirancang untuk memberikan setidaknya lima manfaat.
Pertama, memenuhi kebutuhan dan menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, memperjuangkan akses pasar Indonesia ke AS, khususnya dengan kebijakan tarif yang kompetitif bagi produk ekspor Indonesia.
Ketiga, deregulasi untuk meningkatkan kemudahan berusaha, perdagangan, dan investasi yang akan menciptakan lapangan pekerjaan. Keempat, memperoleh nilai tambah dengan kerjasama rantai pasok (supply chain) industri strategis dan critical mineral. Kelima, akses ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang, antara lain kesehatan, pertanian, energi terbarukan (renewable energy).
4. Respons Amerika Serikat
Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto mengatakan, berkat upaya negosiasi tersebut, Pemerintah AS menindaklanjuti dengan menugaskan USTR sebagai ketua negosiator dalam perundingan dengan Indonesia untuk melakukan pertemuan di tingkat teknis. Untuk menandai langkah awal dan landasan bagi kelanjutan pembahasan di tingkat teknis tersebut, Pemerintah Indonesia dan pihak USTR telah melakukan penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA) terkait Bilateral Agreement on Reciprocal Trade, Investment, and Economic Security.
5. Tindak Lanjut Indonesia
Delegasi Indonesia membentuk beberapa satuan penugasan melalui penerbitan Keputusan Presiden tentang Satuan Tugas Perundingan Perdagangan, Investasi, dan Keamanan Ekonomi antara RI-AS untuk menjalankan perundingan di level teknis dan pembahasan isu-isu teknis dengan AS, Keputusan Presiden tentang Satuan Tugas Peningkatan Iklim Investasi dan Percepatan Perizinan Berusaha, serta Keputusan Presiden tentang Satuan Tugas Perluasan Kesempatan Kerja dan Mitigasi PHK.
Selanjutnya, negosiasi akan dilanjutkan untuk menyepakati format, mekanisme dan jadwal dengan target waktu 60 hari di mana lebih awal dari tenggat waktu penundaan kebijakan tarif 90 hari. Selain itu, pembahasan teknis secara detail dan pembahasan draft awal perjanjian juga dilakukan dengan target dalam dua minggu.
”Sebelumnya Menko Airlangga juga sudah menghimbau bahwa seluruh pelaku ekonomi harus bersiap-siap dan juga perlu mencari alternatif pasar baru untuk menciptakan peluang baru karena persaingan makin ketat. Competitiveness juga harus didorong, daya saing juga harus diperkuat,” ujar Haryo dalam siaran pers.
(lav)




























