Sebelum pengumuman pembicaraan tersebut, Trump sebelumnya sempat menyatakan bahwa dirinya bersedia menurunkan tarif terhadap China di masa mendatang.
Ketegangan ini mencerminkan jurang perbedaan yang lebar antara AS dan China dalam isu perdagangan serta jalan terjal menuju kesepakatan soal penurunan tarif. Meski demikian, pengumuman resmi pembicaraan itu memunculkan sedikit optimisme bahwa sengketa ini bisa diselesaikan sebelum menimbulkan dampak ekonomi jangka panjang.
Kedua negara kini berada di bawah tekanan untuk mencapai kesepakatan. Ekonomi AS tercatat mengalami kontraksi pada awal tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2022, dipicu oleh lonjakan impor pra-tarif dan melambatnya belanja konsumen. Sementara di China, aktivitas manufaktur turun ke tingkat kontraksi terburuk sejak Desember 2023, menurut indeks resmi pembelian manajer manufaktur.
“Secara prinsip, tekad China untuk menjaga hak dan kepentingannya tidak akan berubah,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, dalam konferensi pers terpisah pada Kamis. “Posisi kami dan tujuan untuk menegakkan keadilan serta kesetaraan internasional juga tidak akan berubah.”
(bbn)





























