Bank sentral pun merevisi proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Thailand untuk tahun ini menjadi kisaran 1,3% hingga 2%, dari estimasi sebelumnya sebesar 2,9% yang dirilis Desember lalu. Proyeksi ini didasarkan pada dua skenario kemungkinan hasil negosiasi tarif antara AS dan Thailand.
“Dengan tekanan harga yang secara keseluruhan masih lemah, pemulihan sektor pariwisata yang terhambat, dan ekonomi yang berisiko terpukul lebih dalam akibat tarif AS, kami memperkirakan Bank of Thailand akan memangkas suku bunga utama sebesar 25 basis poin dalam rapat kebijakan pada 25 Juni mendatang,” ujar ekonom Bloomberg Economics, Tamara Mast Henderson.
Komite Kebijakan Moneter juga telah memangkas proyeksi inflasi utama menjadi kisaran 0,2% hingga 0,5%, dengan alasan penurunan harga minyak mentah global serta subsidi pemerintah yang ditujukan untuk meringankan biaya hidup masyarakat dan pengeluaran dunia usaha. Rata-rata inflasi selama empat bulan pertama tahun ini tercatat 0,75%, menurut Kementerian Perdagangan.
Direktur Jenderal Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan, Poonpong Naiyanapakorn, mengatakan dalam konferensi pers di Bangkok bahwa IHK kemungkinan masih akan berada di zona negatif pada Mei, seiring dengan penurunan harga bahan bakar dan berlanjutnya subsidi pemerintah. Meski inflasi utama tercatat negatif, ia menegaskan bahwa tidak ada kekhawatiran akan terjadinya deflasi, karena tren inflasi inti masih stabil.
Adapun target inflasi resmi dari bank sentral Thailand untuk tahun ini ditetapkan dalam kisaran 1% hingga 3%.
(bbn)






























