Logo Bloomberg Technoz

Perundingan masih dalam tahap awal dan Shell mungkin memilih untuk fokus pada buyback saham dan akuisisi secara langsung, bukan merger besar-besaran, kata mereka. Perusahaan energi besar lainnya juga sudah menganalisis apakah mereka ingin mengajukan penawaran untuk BP, kata orang-orang tersebut.

"Seperti yang telah kami katakan berkali-kali sebelumnya, kami sangat fokus pada nilai Shell dengan terus fokus pada kinerja, disiplin, dan penyederhanaan," ujar juru bicara Shell dalam pernyataan yang dikirim melalui email. Seorang perwakilan BP menolak berkomentar.

Pengambilalihan Shell terhadap BP yang sukses akan menjadi salah satu akuisisi terbesar dalam industri minyak, menyatukan perusahaan-perusahaan besar Inggris yang ikonik dalam kesepakatan yang telah didiskusikan berulang kali selama beberapa dekade terakhir.

Kedua perusahaan ini dulunya bersaing kuat—dengan ukuran, jangkauan, dan pengaruh global yang sama—tetapi jalan mereka berbeda dalam beberapa tahun terakhir.

Saham Shell turun sekitar 13% di perdagangan London selama 12 bulan terakhir, sehingga perusahaan ini memiliki nilai pasar sebesar £149 miliar (US$197 miliar). Nilai ini lebih dari dua kali lipat kapitalisasi pasar BP sebesar £56 miliar.

BP mengalami kinerja buruk yang berkepanjangan, sebagian besar disebabkan oleh strategi nol bersih yang diterapkan mantan CEO Bernard Looney. Penggantinya, Murray Auchincloss, mengumumkan perubahan strategi pada Februari yang mencakup kembali beralih ke minyak, mengurangi buyback saham kuartalan, dan janji akan menjual aset.

Perang dagang Presiden AS Donald Trump dan percepatan pasokan yang mengejutkan dari OPEC+ telah mendorong minyak mentah Brent jauh di bawah US$70 per barel—asumsi harga untuk target keuangan BP. OPEC+ pada Sabtu menyetujui lonjakan produksi lagi pada Juni, sebuah langkah yang tampaknya akan memperdalam penurunan harga minyak mentah berjangka.

Para investor semakin tidak sabar. Perusahaan aktivis Elliott Investment Management sudah mengumumkan kepemilikan 5% di BP dan meminta perusahaan tersebut untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih transformatif.

Bloomberg News melaporkan pada April, Elliott memandang rencana BP kurang ambisius dan tidak urgen, juga meyakini bahwa rencana tersebut berpotensi membuat perusahaan itu diambil alih.

Di bawah CEO Wael Sawan, Shell juga telah memangkas biaya, melepas unit-unit energi terbarukan yang berkinerja buruk, dan fokus kembali pada bahan bakar fosil. Meski saham Shell telah melampaui saham Chevron Corp dan Exxon Mobil Corp dalam beberapa tahun terakhir, valuasi perusahaan ini belum menyamai para pesaing minyak besarnya di AS.

Sawan mengatakan kepada para analis pada Jumat bahwa Shell "tentu saja" akan terus mencari peluang anorganik, tetapi akan berhati-hati dan "standarnya tinggi." Setiap kesepakatan harus menambah arus kas bebas per saham dalam waktu yang relatif singkat.

"Saya telah mengatakan di masa lalu bahwa kami ingin menjadi pemburu nilai. Hari ini, perburuan nilai—dalam pandangan saya—adalah buyback lebih banyak saham Shell," kata Sawan dalam konferensi tersebut.

Ia menambahkan "kami harus membereskan rumah kami sendiri" sebelum melihat akuisisi yang cukup besar, dan bahwa perusahaan memiliki "lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan" untuk mencapai potensi penuhnya, terlepas dari kemajuan yang telah dicapai selama beberapa tahun terakhir.

Sawan menyebut Shell melakukan kesepakatan, yang memungkinkan perusahaan memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai, seperti pembelian perusahaan gas alam cair Pavilion Energy Pte.

Pengambilalihan BP yang berhasil dapat meningkatkan pertumbuhan produksi Shell dengan memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan kembali eksposur ke AS, setelah menjual aset serpih Permian Basin ke ConocoPhillips pada tahun 2021. Kesepakatan apa pun mungkin akan mengerdilkan akuisisi BG Group oleh Shell yang bernilai mendekati US$50 miliar pada tahun 2016.

(bbn)

No more pages