"Artinya dengan situasi saat ini Indonesia ingin memperluas akses pasar kita ke Uni Eropa. Jadi, kita juga sudah mengamankan hal yang sama," ujarnya.
Dikonfirmasi secara terpisah di tempat yang sama, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno mengatakan tantangan negosiasi tersebut ialah detail yang mengandung aspek luas seperti investasi, keberlanjutan, dan sebagainya.
"Jadi chapternya banyak, memang harus dilihat satu per satu secara detail," ujar Arif.
Sebelumnya, Airlangga mengatakan progres negosiasi kerja sama ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (UE) hanya tinggal menuntaskan 1 butir isu terkait dengan transparansi perdagangan.
Kerja sama tersebut termaktub di dalam payung IEU-CEPA itu ditargetkan rampung paling lambat dalam semester I-2025.
Airlangga menjelaskan upaya mempercepat finalisasi IEU-CEPA menjadi penting di tengah situasi perang tarif yang digencarkan oleh Amerika Serikat (AS).
Dalam kaitan itu, dia menyebut AS hanya menyumbang 17% dari pangsa pasar ekspor Indonesia, sehingga pemerintah akan mengoptimasi 83% peluang pasar lainnya melalui berbagai negosiasi kerja sama internasional, termasuk IEU-CEPA.
“Untuk [mengejar] 83% itu, arahan Presiden, IEU-CEPA tinggal 1 isu, yaitu masalah transparansi perdagangan. Dan dengan regulasi yang nanti Bapak Presiden umumkan, itu bisa selesai. Jadi kita menyelesaikan AS dan menyelesaikan Eropa dalam langkah yang sama. [Uni Eropa] ini pasar besar US$16,6 triliun dan untuk [pangsa pasar] food-apparel RI itu terbesar ada di Eropa, bukan di AS,” ujarnya dalam agenda Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4/2025).
(ell)

































