Akazawa menyatakan kembali posisi Jepang bahwa kampanye tarif luas oleh Presiden AS Donald Trump adalah hal yang “sangat disayangkan” sambil mengulangi permintaan Tokyo agar kebijakan tarif tersebut ditinjau kembali.
Sementara itu, sudut pandang baru dalam pembicaraan muncul pada Jumat pagi ketika Menteri Keuangan Katsunobu Kato mengisyaratkan kemungkinan menggunakan kepemilikan besar Jepang atas surat utang AS sebagai kartu tawar dalam negosiasi, meskipun belum jelas seberapa serius ia mengenai hal itu.
“Hal tersebut memang ada sebagai kartu,” kata Kato dalam acara TV Tokyo hari Jumat. “Apakah kartu itu akan digunakan atau tidak adalah keputusan yang berbeda.”
Pernyataan Kato memiliki nada berbeda dari pandangan yang diungkapkan pada April oleh ketua kebijakan partai berkuasa Itsunori Onodera, yang mengatakan bahwa Jepang sebagai sekutu AS tidak akan sengaja mengambil tindakan terhadap obligasi pemerintah AS.
Tidak ada indikasi bahwa masalah cadangan devisa Jepang dibahas dalam pertemuan Akazawa di Washington. Pihak yang hadir juga tidak membahas masalah valuta asing, keamanan nasional, atau China, kata Akazawa.
Akazawa menyatakan harapannya bahwa percepatan negosiasi akan memungkinkan Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mencapai kesepakatan pada bulan Juni.
“Ini bukan semata-mata soal kecepatan, karena ada kepentingan nasional yang harus dilindungi oleh kedua belah pihak, dan hal tersebut akan memerlukan waktu,” kata Akazawa. “Masih banyak isu yang harus dibahas dan diselesaikan sebelum kesepakatan akhir dapat dicapai.”
Kedua pemimpin kemungkinan akan bertemu di sela-sela KTT negara-negara G7 di Kanada pada pertengahan Juni, sebelum reciprocal tariffs (tarif timbal balik) diberlakukan pada bulan Juli.
Negara-negara di seluruh dunia tengah mengamati bagaimana Jepang menghadapi upaya mendapatkan pengecualian dari tarif yang diberlakukan Trump, yang bertujuan mengurangi defisit perdagangan AS. India telah merampungkan kerangka perjanjian bilateral minggu lalu, menurut Bloomberg, sementara Bessent mengatakan bahwa Washington dan Seoul bisa mencapai “kesepahaman bersama” paling cepat dalam minggu ini, meskipun Seoul menyebut hal itu tidak mungkin terjadi.
Akazawa mengatakan bahwa kesepakatan dengan AS harus merupakan sebuah paket menyeluruh.
Jepang berpotensi terdampak signifikan oleh kebijakan dagang AS. Tarif 25% atas impor baja dan aluminium dari AS sudah berlaku sejak Maret, disusul tarif serupa atas mobil serta tarif dasar 10% atas semua barang yang mulai diberlakukan awal bulan ini. Tarif mobil sangat berdampak pada inti industri Jepang, meskipun Trump mengambil langkah untuk meredam dampak beban tarif tersebut awal pekan ini.
“Satu produsen mobil Jepang bahkan sudah merugi sebesar $1 juta per jam,” kata Akazawa, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Melindungi kepentingan dan lapangan kerja Jepang akan menjadi hal krusial bagi Ishiba menjelang pemilu nasional pada Juli. Tahun lalu, mobil dan suku cadang kendaraan menyumbang lebih dari sepertiga ekspor Jepang ke AS — tujuan ekspor terbesar Jepang — sementara para petani terus menjadi pendukung kuat bagi Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, terutama di daerah pedesaan.
“Otomotif dan pertanian sama-sama merupakan sektor ekonomi penting yang menjadi sumber penghidupan banyak orang,” kata Akazawa. “Wajar saja jika ada pihak yang merasa cemas terhadap negosiasi Jepang-AS, dan kami sangat menyadari hal ini. Kami tidak berniat untuk menjalani negosiasi yang merugikan kepentingan nasional kami.”
(red)






























