Saham-saham energi, saham keuangan, dan saham konsumen non primer menjadi pendorong penguatan laju IHSG dengan menguat mencapai 1,29%, 0,82% dan 0,74%.
Di samping itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya saham PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) yang melesat 33,3%, saham PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) melonjak 27,2%, dan saham PT Remala Abadi Tbk (DATA) melejit 24,7%.
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain saham PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) yang jatuh 14,9%, saham PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO) ambruk 14,5%, dan saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) ambles 8,91%.
Bursa Saham Asia lainnya turut menguat dengan IHSG, terutama Bursa saham India, SENSEX (India), Topix (Jepang), KLCI (Malaysia), TW Weighted Index (Taiwan), NIKKEI 225 (Tokyo), KOSPI (Korea Selatan), dan SETI (Thailand), yang berhasil menguat masing-masing mencapai 1,27%, 0,86%, 0,82%, 0,81%, 0,38%, 0,1%, dan 0,05%.
Di sisi berseberangan, Shenzhen Comp. (China), Straits Times (Singapura), PSEI (Filipina), Shanghai Composite (China), danHo Chi Minh Stock Index (Vietnam), CSI 300 (China), Hang Seng (Hong Kong) yang tertekan dan drop dengan masing-masing 0,93%, 0,31%, 0,31%, 0,20%, 0,20%, 0,14%, dan 0,04%.
Sejumlah Bursa Saham Asia dan IHSG bergerak senada dengan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Pada perdagangan sebelumnya, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup di zona hijau.
Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite, masing-masing melesat dengan dengan kenaikan 0,05%, 0,74%, dan 1,26%.
Sentimen yang mewarnai laju IHSG dan Bursa Asia hari ini adalah datang dari kabar terbaru negosiasi tarif dagang Amerika Serikat (AS) dengan regional Asia jadi perhatian pasar.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Donald Trump mengisyaratkan ada kemungkinan penundaan tambahan terhadap tarif “Resiprokal” yang lebih tinggi tampaknya kecil.
AS dan Korea Selatan berpotensi mencapai kemajuan dalam pembicaraan pekan ini, sementara negara-negara Asia lainnya diperkirakan akan berupaya mencapai kesepakatan sementara untuk menghindari pemberlakuan tarif AS yang paling berat sebelum masa tenggang 90 hari pada Juli.
Sementara itu, prospek pasar China bakal makin membaik dengan stimulus dari Pemerintahan. Menteri Keuangan China, Lan Fo’an, pada pekan lalu menyatakan negaranya akan menerapkan kebijakan yang lebih proaktif dan efektif untuk mencapai target pertumbuhan dan “Membawa stabilitas serta dorongan bagi ekonomi global.”
China berupaya memperbaiki perekonomian melalui dukungan terhadap lapangan kerja.
“Pemerintah akan sepenuhnya menyiapkan rencana kontingensi, dan terus meningkatkan perangkat kebijakan untuk menstabilkan lapangan kerja dan perekonomian,” ujar Zhao Chenxin, Wakil Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), dalam sebuah jumpa pers pada Senin.
Pernyataan ini menambah serangkaian upaya para pembuat kebijakan China untuk meyakinkan publik bahwa negara akan mengambil langkah-langkah untuk mendorong pertumbuhan, terutama setelah tarif AS yang mencapai rekor tertinggi telah memukul prospek ekonomi. Zhao menyatakan pihak otoritas sangat yakin dalam mencapai target pertumbuhan sekitar 5% untuk tahun 2025.
(fad/wep)




























