Melalui MoU tersebut, BNI menyatakan dukungannya untuk konsultasi, pengalaman serta wawasan lokal, dan memfasilitasi akses ke produk layanan transaksional perbankan bagi VinFast dan perusahaan lain dalam ekosistem Vin Group.
Selain itu, BNI juga dapat memfasilitasi mitra bisnis dalam mendukung misi VinFast mempercepat mobilitas hijau dan pengembangan infrastruktur di Indonesia, dengan tetap mematuhi regulasi dan kondisi setempat.
"Pabrik ini diharapkan menjadi pusat produksi kendaraan listrik VinFast untuk pasar domestik dan ekspor, sekaligus memperkuat rantai pasok industri otomotif nasional,” jelas Agung.
Dalam perkembangan lain, VinFast juga telah memastikan akan akan membuka pabriknya di Indonesia pada Oktober mendatang.
Itu diungkapkan oleh Pendiri VinFast, Pham Nhat Vuong menyampaikan rencana tersebut dalam rapat pemegang saham induk Vingroup JSC di Hanoi, berdasarkan laporan Bloomberg News.
VinFast, kata dia, saat ini tidak memiliki rencana untuk meningkatkan penjualan di Amerika Utara dan Eropa karena biaya logistik yang tinggi dan akan fokus pada India, Indonesia, dan Filipina, serta pasar Vietnam.
Pabrik tersebut diketahui juga memakan nilai investasi sebesar US$200 juta (sekitar Rp3,23 triliun) dengan luas mencapai 170 hektare (ha), dengan kapasitas produksi tahunan sekitar 50.000 unit.
(ibn/roy)