Dari seluruh kasus malaria, 95% itu merupakan kontribusi dari provinsi yang berada di wilayah timur Indonesia yaitu di regional Papua yang paling tinggi yakni ada 224.187 kasus, kemudian 166. 432 berada di Papua tengah.
“Penemuan kasus ini masih 54% dari estimasi kasus WHO. Sehingga ini masih jadi tatangan. Terutama di wilayah Papua, 93% itu adalah dari Papua, untuk kasus nasional. 90% itu adalah kontribusi dari wilayah Timur,"ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Ina Agustina menjelaskan gejala dari sakit malaria.
Penderita akan mengalami gejala sakit kepala, demam, nyeri otot. Namun, ditemukan juga pasien yang tidak memiliki gejala.
Sementara yang memiliki risiko terkena malaria adalah orang yang tinggal dan bepergian ke endemis malaria seperti Halmahera Timur (Maluku Utara), Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat).
“Kemudian tinggal di permukiman banyak nyamuk, dan terutama kita beraktivitas pada malam hari,”imbuhnya.
Pada kasus malaria 2024 telah dilaksanakan sejumlah tes mencapai lebih dari empat juta orang sehingga ditemukan kasus 543 ribu. Sedangkan pada tahun 2025 target tes malaria akan ditingkatkan lagi.
"Karena empat juta tes masih kurang, tahun ini (2025) kita menargetkan delapan juta tes malaria," lanjutnya.
Saat ini, sekitar 90% penduduk Indonesia hidup di daerah bebas malaria. Ada lima provinsi yang sudah mencapai bebas malaria tingkat provinsi, yakni Bali, Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Kemenkes pun memperkirakan pada tahun ini bisa menemukan sekitar 947 ribu. Serta pada tahun 2030, Indonesia diharapkan bisa bebas dari malaria
(dec/spt)































