Bloomberg Technoz, Jakarta – Sejumlah perusahaan tambang emas tengah memanfaatkan reli harga logam mulia untuk meningkatkan pendapatan tahun ini. Upaya menekan ongkos produksi pun didorong untuk memperlebar keuntungan.
GM Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Tom Malik mengatakan kenaikan harga emas yang masih berlanjut saat ini berdampak positif terhadap kinerja perusahaan.
Hanya saja, kata Tom, perusahaan tidak bisa otomatis meningkatkan produksi lantaran kegiatan penambangan mengacu pada rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) yang sudah disetujui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kenaikan harga emas tentunya berdampak positif terhadap kinerja perusahaan,” kata Tom saat dihubungi, Kamis (24/4/2025).

MDKA berencana untuk mencatatkan produksi emas sebanyak 100.000 ons sampai dengan 110.000 ons dengan biaya tunai atau cash cost antara US$1.100 per ons sampai dengan US$1.200 per ons pada tahun ini.
Sementara itu, all-in sustaining cost untuk tahun ini ditargetkan berada di level US$1.500 per ons sampai dengan US$1.700 per ons.
Di sisi lain, Tom menyebut, peraturan pemerintah yang mewajibkan pelaku industri pertambangan menggunakan biodiesel B40 sejak awal 2025 ikut mengerek ongkos produksi perusahaan tahun ini.
“MDKA selalu melakukan inovasi dan efisiensi untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan margin,” kata dia.
Imbas Tipis
Lain sisi, Vice President of Corporate Communications and Investor Relations PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Kartika Octaviana menyebut pergerakan harga emas dewasa ini tidak terlalu berimbas pada strategi produksi perseroan.
AMMN, kata Kartika, terus memproduksi emas seoptimal mungkin, sesuai dengan rencana penambangan berdasarkan kajian geologi tambang yang komprehensif.
“Sesuai dengan guidance yang kami rilis pada Maret, produksi FY 2025 direncanakan akan berkisar di angka 228 juta pon tembaga dan 90.000 ons emas,” ujar Kartika saat dihubungi, Kamis (24/4/2025).
Setali tiga uang, Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT)—anak usaha AMMN — Rachmat Makkasau mengatakan perseroannya tengah berupaya untuk menekan ongkos produksi di tengah momentum reli harga emas saat ini.
“Jadi produktivitas kita makin bagus,” kata Rachmat ditemui di sela agenda Indonesia AI Day, Kamis (24/4/2025).

Sekadar catatan, harga emas sempat mencatat rekor baru dengan menembus level US$3.500 per ons untuk pertama kalinya, didorong oleh kekhawatiran pasar bahwa Presiden Donald Trump akan memecat Gubernur bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
Ketidakpastian ini mendorong pelarian investor dari saham, obligasi, dan dolar AS menuju aset aman seperti emas.
Emas dunia naik 1,1% menjadi US$3.323,50 per ons pada Kamis di New York, setelah sebelumnya naik sebanyak 2,4% dalam sesi tersebut. Indeks Bloomberg Dollar Spot turun 0,2%. Perak merosot sementara platinum dan paladium menguat.
Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sepertiga, seiring ketegangan perdagangan yang mengguncang pasar global dan menggerus kepercayaan terhadap aset berbasis dolar.
“Kenaikan emas yang sangat cepat tahun ini menunjukkan bahwa pasar semakin kehilangan kepercayaan terhadap Amerika Serikat,” ujar Lee Liang Le, analis di Kallanish Index Services.
Kenaikan ini turut didorong oleh arus masuk dana ke reksa dana berbasis emas serta pembelian oleh bank sentral, dengan harga logam mulia mencatat kenaikan setiap bulan sepanjang tahun ini.
Sejumlah bank besar pun semakin optimistis terhadap prospek emas di tengah reli yang terus menguat. Goldman Sachs Group Inc, misalnya, memperkirakan harga emas bisa mencapai US$4.000 per ons pada pertengahan tahun depan.
-- Dengan asistensi Nyoman Ary Wahyudi, Pramesti Regita Cindy, dan Mis Fransiska Dewi
(naw/wdh)