Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, JakartaChief Investment Officer BPI Danantara Pandu Sjahrir mengatakan, pihaknya siap menjadi penyedia likuiditas atau liquidity provider di pasar modal Indonesia.

Namun, kebijakan itu dinilai kurang tepat, karena kurang sesuai dengan tujuan didirikannya Danantara sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi.

Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto tak menampik, IHSG saat kondisi saat ini butuh stabilisasi untuk menjaga kepercayaan investor.

"Tapi menurut saya sebagai orang market, kurang setuju," ujar Rully, dikutip Minggu (20/4/2025). 

"Dividen BUMN [yang disetor ke Danantara] untuk menjaga likuiditas, seharusnya lebih digunakan untuk mendorong perekonomian."

Kalau pun Danantara akan tetap menjadi liquidity provider, Rully berharap hanya dilakukan untuk jangka pendek.

Sebab, menurut Rully, risikonya cukup besar jika sebagian dana kelolaan Danantara disalurkan untuk liquidity provider secara terus menerus.

"Jadi, kalau sebenernya ingin menenangkan pasar, akan lebih tepat mengeluarkan statement terkait fundamental ekonomi."

"Kalau intervensi rupiah atau SBN, masih wajar karena memang ada konteksnya. Tapi kalau intervensi di saham, itu kurang tepat."

Beberapa waktu lalu, Pandu mengatakan jika liquidity provider merupakan bagian dari strategi diversifikasi sekaligus penguatan peran investor institusi domestik. 

Danantara saat ini bahkan tengah menggodok rencana penempatan dana hasil dari setoran dividen yang bakal diterima akhir bulan April 2025. Pasar modal dan pasar saham masuk dalam opsi penempatan dana.

"Nanti dividen akhir bulan ini masuk ke kami. Dari situ kami harus mulai alokasikan uangnya ke mana,” kata Pandu.

Secara terpisah, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyambut rencana Danantara untuk menjadi liquidity provider. Menurutnya, rencana ini sudah masuk dalam tahap koordinasi.

(dhf)

No more pages