Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers pada perdagangan siang hari. Di antaranya adalah saham PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) yang melejit 34,8%, saham PT Wahana Inti Makmur Tbk (NASI) menguat 34,4%, serta saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) juga melesat 23,5%.

IHSG menjadi yang terbaik dari banyak Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, menyusul SENSEX (India), Hang Seng (Hong Kong),Straits Times (Singapura), NIKKEI 225 (Tokyo), TOPIX (Jepang), KOSPI (Korea Selatan), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), KLCI (Malaysia), SETI (Thailand), Shanghai Composite (China), dan Shenzhen Comp. (China)  yang berhasil menguat masing-masing 1,96%, 1,61%, 1,58%, 1,35%, 1,29%, 0,94%, 0,57%, 0,43%, 0,21%, 0,13%, dan 0,08%.

Di sisi berseberangan, PSEI (Filipina), TW Weighted Index (Taiwan), dan CSI 300 (China) masih melemah 0,83%, 0,66%, dan 0,02% di penutupan perdagangan hari ini.

Kamis siang, Bank Indonesia melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) per Februari. Adapun Utang Luar Negeri Indonesia tercatat sebesar US$ 427,2 miliar.

Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 16.845 seperti kurs referensi BI tertanggal 16 April 2025, maka Utang LN Indonesia sekira Rp 7.196,2 triliun.

Dengan catatan BI tersebut, ULN Indonesia turun dibandingkan Januari yang mencapai US$ 427,9 miliar (Rp 7.207.9 triliun).

Namun dibandingkan Februari tahun lalu (Year-on-Year/YoY), ULN masih bertambah 4,7%. Terbilang melambat ketimbang pertumbuhan Januari yang sebesar 5,3% YoY.

“Perkembangan tersebut berasal dari perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN sektor swasta. Posisi ULN Februari 2025 juga dipengaruhi oleh faktor penguatan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah,” sebut laporan BI.

Pada Februari, posisi ULN Pemerintah tercatat sebesar US$ 204,7 miliar. Turun dibandingkan dengan posisi pada Januari yang tercatat sebesar US$ 204,8 miliar.

Perkembangan posisi Utang Luar Negeri Pemerintah tersebut terutama dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor non–residen (asing) dari Surat Berharga Negara (SBN) RI ke instrumen investasi lain seiring dengan tetap tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

Sedang posisi ULN swasta pada Februari tercatat stabil di US$ 194,8 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,6% YoY, lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,3% YoY.

Secara keseluruhan, rasio Utang Luar Negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 30,2% per Februari. Turun dari 30,3% pada bulan sebelumnya. ULN juga didominasi tenor panjang dengan pangsa 84,7%.

“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” jelas laporan BI.

(fad/ain)

No more pages