Ranjeetha Pakiam - Bloomberg News
Bloomberg, Abdullah Ahmad Badawi, ulama Muslim dan mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia yang menjabat setelah mundurnya Mahathir Mohamad, telah meninggal dunia pada usia 85 tahun.
Kabar duka ini dikonfirmasi oleh PM Malaysia saat ini, Anwar Ibrahim, melalui unggahan di media sosial pada Senin (14/04/2025).
Abdullah adalah politisi karier yang pernah mengabdi di bawah kepemimpinan empat perdana menteri Malaysia pasca-kemerdekaan. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan hingga Menteri Luar Negeri. Pada September 1998, Mahathir memecat wakilnya, Anwar Ibrahim, akibat perbedaan pandangan terkait penerapan kontrol modal selama krisis finansial Asia. Abdullah kemudian ditunjuk sebagai pengganti Anwar dan akhirnya menggantikan Mahathir sebagai perdana menteri pada akhir 2003, setelah Mahathir mengakhiri masa jabatannya selama 22 tahun.
Abdullah kemudian meraih kemenangan besar dalam pemilu 2005, dengan mayoritas parlemen terbesar dalam sejarah saat ia mencari mandat kepemimpinannya sendiri. Dikenal dengan julukan akrab “Pak Lah” karena sifatnya yang lembut, popularitas Abdullah menurun seiring waktu. Setelah lima tahun memimpin, koalisi Barisan Nasional yang ia pimpin hanya menang tipis dalam pemilu 2008.
Pilihan yang Salah
“Saya sangat buruk dalam memilih orang,” kata Mahathir dalam sebuah wawancara pada November 2010, merujuk pada Anwar—yang dulu merupakan penerus pilihannya—dan juga Abdullah, penggantinya, yang hubungannya tidak selalu mulus.
Anwar ditangkap pada 1999, hanya beberapa minggu setelah dipecat oleh Mahathir, dan kemudian dipenjara karena dakwaan korupsi serta sodomi—tuduhan yang ia bantah. Setelah perjuangan panjang selama beberapa dekade, Anwar akhirnya menjadi perdana menteri pada 2022.
Saat menjabat, Abdullah berusaha mengambil jarak dari kebijakan era Mahathir. Ia berjanji memerangi korupsi demi menarik investor asing dan memangkas beberapa proyek infrastruktur berbiaya besar, termasuk rencana pembangunan rel senilai US$3,8 miliar, guna memperkecil defisit anggaran negara.
Meski telah meluncurkan paket stimulus senilai 230 miliar ringgit, pemerintahan Abdullah justru dihadapkan pada perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi.
Dorong Daya Saing
Lahir di negara bagian Penang pada 1939, Abdullah lulus dengan gelar studi Islam dari Universitas Malaya.
Ia fokus pada pembenahan manajemen perusahaan milik negara demi menarik investasi, serta menyerukan konsolidasi sektor industri seperti perbankan untuk meningkatkan daya saing saat Malaysia mulai membuka diri terhadap investasi asing. Di sisi lain, perusahaan lokal juga didorong untuk berekspansi ke luar negeri.
Sebagai bagian dari reformasi BUMN, Abdullah menunjuk kalangan profesional muda untuk memimpin perusahaan listrik Tenaga Nasional Bhd dan perusahaan telekomunikasi terbesar di Malaysia, Telekom Malaysia Bhd. Ia juga memprakarsai pembangunan zona ekonomi khusus Iskandar yang berbatasan langsung dengan Singapura.
“Saya tahu saya belum cukup berhasil,” kata Abdullah kepada wartawan pada 2008, seraya berjanji bertanggung jawab atas hasil buruk partainya dalam pemilu. Ia mundur dari jabatannya 12 bulan setelah memulai masa jabatan lima tahun keduanya.
Abdullah digantikan oleh Najib Razak pada April 2009, yang saat itu mengambil alih kepemimpinan negara di tengah krisis ekonomi global.
Tak lama setelah pensiun, Abdullah mulai menunjukkan gejala penurunan kognitif, menurut pernyataan menantunya, mantan Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin, pada 2022.
Abdullah meninggalkan istri keduanya, Jeanne Abdullah, dan dua orang anak. Istri pertamanya, Endon Mahmood, meninggal dunia karena kanker pada Oktober 2005.
(bbn)
































