Beberapa bank investasi global telah memperbarui proyeksi harga emas mereka dengan revisi ke atas menyusul perkembangan geopolitik terkini, terkait perang dagang, serta indikasi pergeseran penempatan dana global dari surat utang AS, US Treasury, ke emas.
Berikut ini proyeksi terbaru harga emas dari bank-bank investasi kakap yang mempengaruhi pergerakan harga emas di pasar dunia:
Goldman Sachs
Bank investasi besar asal Amerika Serikat ini memperkirakan harga emas tahun ini bisa mencapai US$ 3.700 per troy ounce pada akhir tahun ini dan potensial menembus US$ 4.000 pada pertengahan 2026 nanti.
Proyeksi baru itu lebih tinggi dibanding prediksi sebelumnya dirilis Maret lalu, menyusul lonjakan luar biasa harga emas pekan lalu yang mencapai lebih dari 6%.
Menurut analis Goldman Sachs Lina Thomas, pembelian bank sentral dunia untuk aset emas sebagai bagian dari cadangan devisa diperkirakan mencapai 80 ton per bulan tahun ini, lebih besar dibanding prediksi sebelumnya 70 ton per bulan.
Kenaikan potensi resesi ekonomi dunia menambah pamor emas sebagai aset dasar ETF, menurut analis.
"Pembelian belakangan ini mengejutkan karena kenaikan harganya, kemungkinan mencerminkan permintaan para investor baru dalam melindungi aset dari risiko resesi dan penurunan harga aset berisiko," kata Thomas, dilansir dari Bloomberg News.
Peluang resesi ekonomi AS diperkirakan mencapai 45%. Bila hal itu benar-benar terjadi, arus masuk dana segar menyerbu ETF emas bisa melesat lebih banyak dan potensial mengerek harga emas mencapai US$ 3.880 per troy ounce pada akhir tahun.
Goldman menambahkan, harga emas bisa mendekati US$ 4.500 per troy ounce akhir tahun ini dalam skenario ekstrem yakni apabila bank sentral menaikkan belanja emas mereka hingga 110 ton per bulan, ditambah kepemilikan ETF emas kembali ke masa pandemi juga ketika para trader melakukan posisi spekulatif di level harga emas tertinggi.
"Emas cukup masuk akal mendekati US$4.500 pada akhir tahun ini. [Namun] kami melihat ini sebagai peristiwa dengan probabilitas yang sangat rendah, tetapi memasukkannya untuk menggambarkan kenaikan harga emas yang nonlinier," kata Thomas.
UBS Group AG
Bank investasi asal Swiss ini juga memperbarui proyeksi harga emas sampai akhir tahun nanti menjadi lebih bullish.
UBS memperkirakan harga emas potensial menyentuh US$ 3.500 pada akhir tahun ini, menurut analis Joni Teves dilansir dari Bloomberg News.
Analis melihat permintaan menguat untuk emas dari berbagai segmen pasar. Mulai dari bank sentral, fund manager aset jangka panjang, dana makro, private wealth juga investor ritel.
Perubahan konstelasi perdagangan global dan latar belakang geopolitik memperkuat kebutuhan para pemilik dana untuk alokasi ke aset safe haven.
"Rasio posisi emas terhadap total aset dana potensial melampaui level yang dicapai pada tahun 2020, meski belum tentu mencapai puncaknya seperti pada 2012-2013," kata Teves.
Ia menilai, basis investor emas saat ini telah meluas sejak guncangan finansial pada 2008. Ketidakpastian yang terus menerus meningkatkan kebutuhan investor akan diversifikasi portofolio dan hal itu menguntungkan emas.
Sementara itu, kondisi likuiditas yang lebih tipis sebagian karena pertumbuhan pasokan tambang yang terbatas ditambah sejumlah besar emas juga terikat sebagai cadangan bank sentral serta ETF, bisa membantu pergerakan harga lebih tinggi.
Bloomberg Intelligence
Bloomberg Intelligence memperkirakan, harga emas berpeluang menyentuh US$4.000 per troy ounce.
"Normalisasi harga saham AS yang sudah tinggi telah lama tertunda dan kini mungkin telah dimulai. Analisis kami menunjukkan kemungkinan tingkat pembalikan yang bisa menopang harga emas menuju level resistance berikut," kata Mike McGlone, Senior Commodity Strategist Bloomberg Intelligence, dalam catatan pekan lalu.
Pola tipikal yang biasa terjadi mendorong pemulihan volatilitas pasar mungkin akan terjadi seperti pada tahun 2008 yang mengimplikasikan harga emas akan melampaui laju harga saham di bursa AS, menurut Bloomberg Intelligence.
"Pandangan Bloomberg Economics bahwa saham AS dapat turun 30% dari puncaknya dapat menempatkan indeks saham ke level 4.000. Kemajuan emas telah terhenti di resistance sekitar US$3.000 dan mungkin menghadapi tekanan jangka pendek karena kejatuhan harga saham, tetapi deflasi dari inflasi akan memperkuat harga emas menuju US$4.000 per troy ounce," kata McGlone.
Macquarie, BofA dan Citigroup
Macquarie Group sebelumnya merilis prediksi bahwa harga emas kemungkinan akan mencapai US$3.500 pada kuartal kedua tahun ini.
Bersamaan dengan itu, Bank of America (BofA), Citigroup juga masih bullish untuk emas.
Harga emas diperkirakan akan mencapai US$3.500 dalam jangka panjang, menurut BoA. Pembelian emas oleh bank sentral masih akan menjadi salah satu faktor utama yang akan membuat harganya makin melesat.
(rui)





























