"Jadi seluruh isu kita akan jawab. Dan juga rencana daripada Indonesia untuk mengkompensasikan delta daripada ekspor dan impor yang besarannya US$18 miliar - US$19 miliar," kata Airlangga.
"Nah oleh karena itu secara teknis sudah disiapkan komoditasnya, dan secara teknis juga Indonesia akan ada selain mengundang investasi Amerika di Indonesia, Indonesia juga akan ada perusahaan yang akan investasi di Amerika. Sehingga seluruhnya tentu tergantung daripada pembicaraan nanti. Mungkin itu saja yang ingin saya sampaikan," pungkasnya.
Diketahui Presiden AS Donald Trump belum lama ini kembali memperketat kebijakan perdagangannya dengan mematok tarif baru pada negara-negara mitra dagang AS di seluruh dunia.
Trump menerapkan tarif minimum sebesar 10% pada seluruh negara yang mengekspor barang ke AS, serta bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara dengan defisit perdagangan terbesar terhadap AS. Beberapa negara yang terkena dampak paling besar antara lain China—yang kini menghadapi tarif total 125%—Uni Eropa, dan Vietnam.
Menyitir Bloomberg News, tarif dasar 10% mulai berlaku pada Sabtu (5/4/2025) tengah malam. Sementara tarif resiprokal yang awalnya akan dimulai pada Rabu (9/4/2025) pukul 00.01 waktu setempat, secara mengejutkan ditunda selama 90 hari.
Sebelumnya, Trump bahkan sudah lebih dulu memasang tarif sebesar 25% pada mobil, baja, dan aluminium dari Kanada dan Meksiko, juga pada produk yang tidak mematuhi kesepakatan perdagangan Amerika Utara. Kedua negara ini tidak akan terkena kebijakan tarif baru selama tarif terpisah tersebut masih berlaku.
AS juga menerapkan tarif universal 20% untuk hampir semua ekspor Eropa serta bea masuk 25% untuk mobil dan beberapa suku cadang mobil. Trump bahkan sudah berjanji akan mengumumkan tarif tambahan untuk kayu, cip semikonduktor, dan produk farmasi. Semua tarif baru Trump ini akan dikenakan pada sekitar €380 miliar barang-barang Uni Eropa.
(lav)



























