Dalam pukulan lain terhadap upaya tersebut, Indonesia mengatakan tahun lalu bahwa dua warga negaranya yang terlibat dalam pengembangan jet tempur supersonik KF-21 telah diselidiki karena dicurigai melakukan kebocoran teknologi.
Pada tahun 2021, Indonesia membatalkan rencana untuk membeli jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia ketika Indonesia mencapai kesepakatan untuk membeli jet tempur F-15 buatan Amerika Serikat dan jet tempur Rafale dari Prancis.
Indonesia memiliki kesepakatan pembelian kapal selam dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co. dari Korea Selatan yang mengalami beberapa kali penundaan. Kesepakatan yang pertama kali dicapai pada tahun 2011 ini bernilai US$1,1 miliar AS dan membutuhkan waktu sekitar satu dekade untuk ketiga kapal di bawah persyaratan pengaturan untuk dikirim ke negara Asia Tenggara, demikian yang dilaporkan Yonhap News.
Diskusi terbaru ini menambah daftar hubungan pertahanan dan keamanan antara Indonesia dan Turki. Pada bulan Februari, kedua presiden menyaksikan penandatanganan perusahaan patungan antara perusahaan pembuat pesawat tanpa awak Turki, Baykar, dan Republikorp Indonesia untuk membangun fasilitas pembuatan pesawat tanpa awak di Indonesia.
Erdogan berusaha untuk meningkatkan industri pertahanan Turki dan melihat ekspor sebagai kunci dari ambisinya. Di luar Indonesia, pemerintah Erdogan sedang dalam pembicaraan mengenai kesepakatan yang berpotensi bernilai US$6 miliar untuk menjual kapal perang, tank, dan rudal kepada Arab Saudi. Ia ingin agar Arab Saudi menjadi mitra dalam program Kaan.
Kaan, pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan oleh Turkish Aerospace Industries dengan bantuan dari BAE Systems dari Inggris, telah melakukan penerbangan perdananya tahun lalu. Pesawat ini, yang pada akhirnya akan memiliki kemampuan siluman dan avionik canggih, belum beroperasi.
(azr/frg)
































