Logo Bloomberg Technoz

Itu pula yang memicu tekanan jual makin besar di pasar surat utang. Pemodal global melanjutkan penjualan surat utang negara, mencapai lebih dari Rp4 triliun dalam dua perdagangan terakhir. Meski pada saat yang sama, asing mulai berbelanja saham lagi setelah 8 hari perdagangan beruntun membukukan net sell.

Lanskap global juga sepertinya belum memberikan ruang cukup leluasa bagi mata uang emerging market. Pada perdagangan kemarin, mata uang Amerika Latin juga mayoritas tertekan oleh dolar AS.

Pasar mendapati keyakinan konsumen AS melemah. Hari ini, pelaku pasar menunggu rilis estimasi debt ceiling AS yang akan diikuti oleh rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2024. 

Akan sering berulang

Pelemahan rupiah hingga menembus level terlemah sejak era krisis moneter pada 1998 diperkirakan akan sering terulang sepanjang tahun ini, menurut analisis dari Bloomberg Intelligence

"Pelemahan rupiah melampaui Rp16.600/US$, yang menjadi level terlemah sejak masa krisis finansial di Asia 1997-1998 mungkin akan menjadi hal yang berulang terjadi pada tahun ini," kata Stephen Chiu, Chief Asia FX and Rates Strategist dan Chunyu Zhang, Senior Associate Analyst dari Bloomberg Intelligence.

Namun, Bank Indonesia diperkirakan akan berupaya menahan rupiah agar tak sampai mendekati level terendah sepanjang masa yang pernah tersentuh yaitu di level Rp16.950/US$.

"Akan tetapi, pemulihan rupiah yang berkelanjutan mungkin membutuhkan perbaikan dari rasa khawatir pasar tentang arah fiskal di Indonesia," kata analis.

Nilai rupiah diperkirakan akan tetap tertekan pada kuartal dua tahun ini terutama jika dolar AS kembali bangkit seiring langkah The Fed, bank sentral AS, lebih agresif di kala kebijakan tarif impor mulai diterapkan.

Perlu respons tepat

Dalam pandangan Chief Economist Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian, pelemahan rupiah hingga mungkin menembus Rp16.800/US$ tidak akan membawa guncangan signifikan pada perekonomian domestik.

"Perhitungan tim kami melihat potensi overshooting mata uang ini akan sampai di Rp16.800, tapi tidak akan membawa goncangan yang signifikan untuk perekonomian domestik. Karena sebagian besar kewajiban debitur kakap Indonesia saat ini sudah dalam denominasi rupiah, bukan lagi US dollar seperti di tahun 90-an," kata Fakhrul.

Namun, jeblosnya rupiah itu seharusnya tetap menjadi wake up call bagi para otoritas. "Supaya fase overshooting ini bisa dihadapi dengan baik. Komunikasi kebijakan dari sisi moneter dan fiskal diperlukan. Karena untuk kembali ke pasar obligasi kita, investor asing membutuhkan guidance yang jelas terkait prospek kebijakan di masa yang akan datang," kata Fakhrul. 

Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto menanggapi kejatuhan rupiah pada Selasa, mengatakan, pelemahan memang tengah melanda mata uang Asia terdorong kebangkitan lagi indeks dolar AS.

"Ditambah dari pasar domestik juga ada genuine demand untuk kebutuhan repatriasi dan pembayaran lain. Kami masuk ke pasar dengan bold untuk menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar," kata Edi.

Sementara Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mempercayakan penanganan rupiah oleh BI. "Kita kan monitor bukan cuma daily. Kami percaya teman-teman di Bank Indonesia akan terus bekerja di situ," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Selasa (25/3/2025).

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi kembali akan melemah dengan target pelemahan menuju level Rp16.650/US$ yang menjadi support pertama dengan target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.680/US$.

Apabila kembali break kedua support tersebut dengan tekanan jual amat deras, rupiah berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.700/US$ dan Rp16.800/US$ sebagai support terkuatnya.

Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level di range Rp16.550/US$ dan selanjutnya Rp16.500/US$ potensialnya.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 26 Maret 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages