HP flagship adalah ponsel unggulan dari suatu merek yang memiliki spesifikasi dan fitur terbaik. HP smartphone yang masuk kategori premium tersebut kerap menjadi andalan para vendor. Sedangkan, HP mid-range adalah smartphone kelas menengah yang memiliki spesifikasi menengah-tinggi namun versi lebih terjangkau.
Adapun model HP yang paling banyak dicari menjelang Lebaran umumnya memiliki perangkat yang 'worth to value' karena spesifikasi mumpuni.
Fitur seperti kamera berkualitas, daya tahan baterai yang lama, dan performa yang cukup untuk multitasking menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh konsumen. Selain itu, HP dengan harga murah juga banyak dibeli sebagai hadiah atau untuk kebutuhan komunikasi dasar.
Optimisme Pasar Smartphone Berlanjut Meski Ada yang Mengganjal

Dari sisi brand, Aryo menuturkan merek-merek seperti Samsung, Xiaomi, OPPO, vivo, dan Realme, masih akan mendominasi pasar. Hal ini lantataran "reputasi dan jaringan distribusi yang luas."
Sekadar catatan, pertumbuhan pasar smartphone Indonesia tahun 2024 berada di kisaran 15,5% (year on year/yoy) berdasarkan laporan terbaru International Data Corporation (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker. Menariknya, pangsa pasar Transsion (vendor smartphone brand Infinix, TECHNO, dan itel) di Indonesia mencapai 18,3% per akhir 2024, mengalami pertumbuhan 61,7% yoy. Samsung turun ke peringkat kedua dengan pangsa pasar 17,2%, turun 0,6% yoy.
Transsion diuntungkan karena sepanjang tahun lalu smartphone segmen ultra low-end (kurang dari US$100 atau sekitar Rp1,63 juta) menjadi penopang utama pertumbuhan pasar lokal yang tercatat mengirimkan hampir 40 juta unit, selain penawaran smartphone 5G yang makin terjangkau.
Di sisi lain, smartphone kelas menengah juga mengalami pertumbuhan 24,9% yoy, dengan vendor OPPO menguasai segmen ini. OPPO dalam klasemen pangsa pasar di Indonesia juga masih di urutan kedua, setelah Transsion, namun mengalahkan Samsung. OPPO mencatatkan pangsa pasar 17,8% atau meningkat 7,6% yoy.
Menurut Vanessa Aurelia, analis riset IDC Indonesia, tahun 2024 memang telah terjadi pemulihan pasar namun demikian ‘badai’ belum dikatakan berlalu. "Konsumen terus merasa cemas di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi global. Pertumbuhan terus datang dari kekuatan penawaran, sementara permintaan secara umum masih lesu," tutur Aurelia.
(wep)